XINJIANG (Arrahmah.id) — Diplomat dari 14 negara, termasuk Brasil, Iran, Indonesia, Pakistan, Ekuador, dan Senegal, telah mengunjungi Daerah Otonomi Uighur Xinjiang di Tiongkok barat laut dari 24 hingga 28 April atas undangan Kementerian Luar Negeri Cina. Mereka menyebutkan bahwa informasi dari sejumlah media Barat yang menyudutkan Cina atas muslim Uighur tidaklah benar.
Konsul jenderal dari 14 negara, yang ditempatkan di berbagai kota di seluruh Cina, mengunjungi ibu kota regional Urumqi, serta Kashgar, Turpan, dan lokasi lain di Xinjiang untuk mengalami secara langsung perkembangan sosial dan ekonomi di wilayah tersebut.
Mereka mengatakan bahwa pencapaian Xinjiang luar biasa dan orang-orang dari semua kelompok etnis hidup dalam harmoni dan kebahagiaan.
“Untuk membasmi terorisme, sangat penting untuk memiliki rencana komprehensif untuk pembangunan kawasan dan membantu orang meningkatkan kehidupan mereka,” kata Agha Hunain Abbas Khan, pejabat konsul jenderal Pakistan di Chengdu, setelah mengunjungi pameran tentang kerja kontraterorisme dan deradikalisasi Xinjiang.
“Dan Cina telah membuat langkah luar biasa,” tambahnya, seperti dikutip dari laman Xinhua (29/4/2023).
Para diplomat juga mengunjungi kota tua di kota Kashgar yang mengalami ledakan pariwisata menjelang liburan May Day.
Zaw Linn Oo, konsul jenderal Myanmar di Chongqing, memuji Kashgar sebagai “tanah harapan” yang menarik baik bagi pengunjung lokal maupun internasional.
“Suatu negara membutuhkan stabilitas sosial dan pembangunan ekonomi, dan keduanya tercermin dengan baik di Kashgar,” katanya.
Mehmet Mert Tokman, konsul jenderal Turki di Chengdu, berkunjung ke wilayah tersebut beberapa tahun lalu. Dalam kunjungan ini, ia mengatakan bahwa tanah tersebut memiliki warisan yang kaya dan telah mengalami perkembangan dan perubahan luar biasa, terutama terlihat dari capaian pembangunan infrastruktur yang luar biasa di kawasan ini.
Memuji tinggi upaya pemerintah daerah untuk menjamin kebebasan beragama, Ben Perkasa Drajat, Konsul Jenderal Indonesia di Guangzhou, mengatakan bahwa umat Islam di Xinjiang bebas pergi ke masjid untuk berdoa, setelah dirinya mengunjungi Masjid Id Kah di Kashgar dan Institut Islam Xinjiang.
“Berita dari media Barat bahwa pemerintah Cina tidak mengizinkan umat Islam untuk melakukan kegiatan keagamaan adalah tidak benar,” tegasnya.
Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia dengan tegas menentang kekuatan eksternal yang memanipulasi masalah Xinjiang, mencampuri urusan dalam negeri Cina dan upaya memecah belah Negeri Tirai Bambu, tutur Ben. (hanoum/arrahmah.id)