ANKARA (Arrahmah.id) – Jumlah korban tewas di Turki dan Suriah barat laut akibat gempa bumi paling mematikan di kawasan tersebut dalam 20 tahun terakhir, mencapai lebih dari 23.700 orang, demikian menurut para pejabat.
Korban jiwa akibat gempa berkekuatan 7,8 SR yang terjadi pada Senin dini hari, serta beberapa gempa susulan yang kuat, telah melampaui jumlah korban jiwa pada 1999 yang mencapai lebih dari 17.000 orang, saat gempa yang sama kuatnya menghantam barat laut Turki, lansir Al Jazeera (10/2/2023).
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengakui dalam sebuah kunjungan ke provinsi Adiyaman pada Jumat (10/2) bahwa respon pemerintah seharusnya bisa lebih baik.
“Meskipun kami memiliki tim pencarian dan penyelamatan terbesar di dunia saat ini, adalah sebuah kenyataan bahwa upaya pencarian tidak secepat yang kami inginkan,” katanya.
Resul Serdar dari Al Jazeera mengatakan bahwa tim penyelamat menjadi “panik” karena harapan untuk menemukan korban yang selamat semakin meredup setiap jamnya.
Tim penyelamat “menggali reruntuhan dan berharap dapat menemukan beberapa orang yang masih hidup atau sudah meninggal karena sekarang sudah lebih dari 96 jam dan harapan di sini mulai memudar,” ujarnya, sambil berdiri di depan sebuah blok bangunan yang runtuh di Kahramanmaras, Turki selatan, yang berdekatan dengan episentrum gempa berkekuatan 7,8 skala Richter.
“Keluarga-keluarga di sini, menunggu dengan cemas,” tambahnya. “Skala kehancurannya tidak bisa dibayangkan.”
Beberapa waktu kemudian, tim penyelamat berhasil menggali seorang pria yang masih hidup dari bawah reruntuhan, 110 jam setelah gempa terjadi, kata Serdar.
Kemal Kilicdaroglu, pemimpin partai oposisi utama Turki, mengkritik respon pemerintah.
“Gempa bumi ini sangat besar, tetapi yang jauh lebih besar dari gempa bumi adalah kurangnya koordinasi, kurangnya perencanaan dan ketidakmampuan,” kata Kilicdaroglu dalam sebuah pernyataan.
Dengan kemarahan yang membara karena keterlambatan dalam pengiriman bantuan dan upaya penyelamatan, bencana ini kemungkinan besar akan mempengaruhi upaya Erdogan untuk terpilih kembali, dengan pemungutan suara yang akan diadakan pada 14 Mei. Pemilihan tersebut mungkin akan ditunda karena bencana ini. (haninmazaya/arrahmah.id)