Oleh Abu Husein At-Thuwailibi
(Arrahmah.com) – Ketika berita dusta dan fitnah tersebar, di tengah-tengah gemuruh dakwah dalam samudera amar makruf nahi mungkar, jihad terbesar dalam mengarungi lautan Iman,guna meraih Ridho sang Rahman, maka setan pun bergegas merusak ruh dakwah as-sunniyah guna memecah belah barisan para penyerunya dan memberi kekuatan pada musuh-musuhnya.
Tersebutlah nama-nama dan pribadi-pribadi yang di caci maki di hadapan insan, dunia maya menjadi ladang menabur benih permusuhan, jejaring sosial menjadi lahan menyantap “daging” hamba-hamba Tuhan, dalil hendak beri petuah,tapi sayang tak sesuai wadah.
“Ustadz Fulan berkata bahwa si fulan bukan bermanhaj salaf, dia dibantah si fulan dan si allan, si fulan dahulu begini dan begitu, dia dajjal, bermanhaj takfiri, pendusta, dan berbahaya, si fulan intel syi’ah, menyamar jadi ahlus sunnah, mencari uang dengan menipu manusia dengan mengatas namakan agama… “dan seterusnya.
Semoga Allah merahmati mereka dan kita semua.
Bilamana Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa ‘Ala Aalihi wa Shohbihi Wa Sallam saja di cela dan di hina, apalagi kita, kita hanya hamba-hamba yang dho’if lagi faqir, penuh dosa lagi hina, biarlah kita di cela asal kita tak menjadi orang yang tercela dimata Allah sang pencipta.
Kalau seorang seperti Syaikh Firanda Andirja tak luput dari cela, ia dihina, dihujat, bahkan di katakan ‘Dajjal’, ‘pendusta’, ‘khabits’, dst, apalagi kita? dan yang menyatakan demikian adalah Ulama, orang Shalih yang tinggal di negeri Madinah. jadi, bila orang seperti Syaikh Firanda Andirja yang berilmu dan sholih saja di katakan ‘Dajjal’ dan ‘Pendusta’ apalagi kita para pencari ilmu sekaligus musafir dunia ?
Ustadz Dr.Nursanjaya Abdullah mengatakan, “sesama ummat islam saling asah lidah untuk memfitnah,bahkan saya sering melihat sifat kurang waras seperti ini di sebagian kalangan “Salafi”. Mau dibawa kemana Islam yang rahmatan lil-‘alamiin ini ??”
Wahai saudaraku, emas itu tidak akan menjadi hitam meskipun dimasukkan ke dalam lumpur, namun besi akan tetap berkarat meski di letakkan di dasar laut. Maka, tak PERLU MEMBELA DIRI TAPI BELA AGAMA ALLAH !
Istri Syaikh Al-Albani Rahimahullah pernah bercerita:
“Suatu hari Syaikh Al-Albani naik mobil, dan di mobil ada siaran radio dengan ceramah yang isinya menghujat syaikh Albani bahkan fitnah,namun tidak ada sedikitpun raut kebencian dan dendam dari beliau, wajahnya biasa saja (tidak langsung membuat bantahan lalu disebarkan) karena beliau tidak pernah membela diri, tetapi membela agama Allah”.
Ada lagi kisah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:
“Suatu saat orang yang suka memusuhi beliau (seorang muslim) yang sering mencela dan memfitnah beliau meninggal dunia, maka mulailah para muridnya berkomentar ini dan itu, tetapi ditahan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliaupun malah datang ke rumah orang yang sangat membenci dan memusuhinya tersebut, beliau berta’ziyah, beliau mendoakannya dan datang ke keluarga serta anak-anaknya kemudian berkata,”Anggaplah saya orang tua kalian, jika ada sesuatu katakan kepada saya”.[Selesai Kutipan]
Saudaraku, demikianlah akhlaq Ulama, akhlaq Ulama yang sangat jauh dari kita, kita kebanyakan MEMBELA DIRI dan mempertahankan gengsi, sedangkan para ulama BUKAN MEMBELA DIRI, tetapi MEMBELA AGAMA ALLAH !!
Ketika genderang celaan dan tuduhan di tabuh, mereka menghina, menyebarkan aib kita, serta merta kita emosi, sakit hati, langsung membantah dan langsung mengeluarkan pernyataan lalu disebarluaskan,ini bukan ciri da’i ideal.
Biarkan mereka, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita semua.
Aduhai, mereka melakukan pembunuhan karakter terhadap sang Da’i, itu bukan berarti sang da’i harus mati, tetapi masih bisa berjuang dan mempertahankan hidup, bahkan lebih lama lagi.
Betapapun sang Da’i begini dan begitu, maka berilah kesempatan seseorang untuk berubah, karena seseorang yang memusuhi Islam bahkan hampir membunuh Rasulullah pun kini terbaring disebelah makam Rasulullah (yakni ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu’anhu), begitu juga jangan melihat seseorang dari masa lalunya, karena seseorang yang masa lalunya buruk yang berupaya memerangi Islam dan melawan agama Allah pun akhirnya menjadi pedang-nya Allah (yakni Khalid bin Walid Radhiyallahu’anhu), demikian pula jangan menghakimi dan menghukumi manusia selagi ia masih hidup dan belum meninggal dunia, karena Rasulullah pun di tegur oleh Allah saat menghukumi seorang pendosa yang ia menyetubuhi mayat karena nafusnya, lalu Nabi menyatakan bahwa dia terkutuk dan tidak diampuni oleh Allah, lalu Allah menegur beliau.
Jangan menghukumi orang karena dosanya, sebab seorang pendosa dan ahli maksiat yang membunuh 100 nyawa pun di masukkan Allah ke dalam surga,sedangkan seorang sholeh yang rajin mengumandangkan azan akhirnya Allah masukkan ke dalam neraka, karena Nabi bersabda, “Tangisan seorang pendosa itu LEBIH ALLAH CINTAI daripada Tasbihnya orang-orang Shalih”. Artinya, Tangisan dan rintihan seorang pendosa yang ia mengakui kesalahannya dan bertaubat dari masa lalunya, itu lebih Allah cintai daripada dzikirnya orang-orang Shalih (yakni para Wali).
Jika wasiat ikhlas terucap,maka nasehat di hati kuat tertancap, namun bila nasehat berupa cela, sukar rasanya hendak diterima.
Bila sang da’i hendak kau perbaiki, di hadapan manusia tidaklah syar’i, bila sang da’i hendak kau sanggah, dunia maya bukanlah wadah.
Aduhai, caci maki siapa yang akan didengar,memperbaiki manusia tak boleh kasar,dia tak seburuk fir’aun dan kau tak sebaik musa, dia tak seburuk Namrud dan kau tak sebaik Ibrahim.
Oh kiranya, bagi mereka yang mencela, menghina, memfitnah dan menebar kebencian diantara para Da’i, maka kita ucapkan terimakasih atas tuduhan dan celaanmu, karena tanpamu kita tak tau bagaimana caranya bersabar. (arrahmah.com)