NEW YORK (Arrahmah.id) — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York, pada Selasa (19/9/2023).
Dikutip dari Times of Israel (20/9), dalam pertemuan pertama kalinya yang mempertemukan Netanyahu – Erdogan ini dibahas upaya untuk menjalin kembali hubungan dengan Arab Saudi, yang selama ini tegang buntut konflik Palestina.
Netanyahu dan Erdogan juga sepakat merencanakan kunjungan bersama dalam waktu dekat, menurut kantor kepresidenan Netanyahu.
Berdasarkan seorang sumber yang dikutip Channel 12, Erdogan tertarik melakukan perjalanan sesegera mungkin ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Dia ingin beribadah di sana, yang akan menandai peringatan 100 tahun Republik Turki sejak didirikan pada 29 Oktober 1923.
Selain itu, menurut Turki, para pemimpin turut membahas perkembangan hubungan Israel-Palestina. Erdogan juga disebut mengupayakan kerja sama di bidang energi, teknologi, inovasi, kecerdasan buatan, dan keamanan siber.
“Konsultasi kami akan bermanfaat bagi negara dan wilayah kami,” kata Erdogan dalam unggahan X (sebelumnya Twitter).
Pertemuan kedua pemimpin ini berlangsung setelah Israel dan Turki sepakat rujuk kembali pada 2022 lalu. Hubungan Turki dan Israel memang menghangat setelah itu. Keharmonisan itu pun ditunjukkan dalam pidato Erdogan di sidang umum PBB.
“Perdamaian berdering di Timur Tengah, konflik Palestina-Israel harus dibawa ke solusi akhir. Kami akan terus mendukung orang-orang Palestina dan perjuangan mereka untuk hak-hak yang sah di bawah hukum internasional,” kata Erdogan dalam pidatonya.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, Erdogan tampak menahan diri untuk mengecam Israel atas aksinya terhadap Palestina. Sebaliknya, ia cuma menyampaikan beberapa kata dukungan untuk Palestina yang hampir terasa sebagai pernyataan sampingan dalam pidato.
“[Tanpa Palestina berdasarkan perbatasan 1967], sulit bagi Israel untuk menemukan perdamaian dan keamanan yang dicarinya di bagian dunia tersebut,” lanjut dia.
Ia kemudian berkata, “Kami akan terus mengejar penghormatan terhadap status bersejarah Yerusalem.”
Sampai beberapa tahun lalu, Erdogan masih vokal menyuarakan kecamannya terhadap Israel atas perlakuannya di Palestina.
Pada 2020 misalnya, Erdogan sampai membuat utusan Israel walkout setelah mengatakan “tangan kotor yang mencapai privasi Yerusalem, di mana tempat-tempat suci dari tiga agama besar hidup berdampingan, terus meningkatkan keberaniannya.”
Israel sebetulnya merupakan sekutu lama Turki sebelum Erdogan berkuasa. Hubungan kedua negara itu rusak setelah Israel pada 2010 menyerang kapal Mavi Marmara yang menuju Gaza. Serangan itu menewaskan 10 aktivis Turki.
Sejak itu, Netanyahu dan Erdogan berulang kali melontarkan tudingan satu sama lain. Pada Juli 2014, Erdogan menuduh negara Yahudi itu “menjaga semangat Hitler tetap hidup” selama perang dengan Palestina.
Pada 2018, hubungan kedua negara juga mengeruh setelah memutuskan menarik duta besar masing-masing.
Kendati demikian, Turki belakangan dilanda krisis ekonomi parah dan Israel pun semakin terisolasi. Karenanya, kedua negara mulai saling melemaskan otot dan menunjukkan keinginan untuk rujuk pada Desember 2020.
Pada Agustus 2022, Israel dan Turki akhirnya secara resmi rujuk kembali. (hanoum/arrahmah.id)