SOLO (Arrahmah.com) – Anggota Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), Ustadz Abdul Rachim Ba’asyir melihat adanya kejanggalan dalam penangkapan 5 tokoh Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) oleh Ditreskrimum Polda Jawa Tengah pada Selasa (20/12/2016).
Menurutnya, saat itu LUIS mendatangi Social Kitchen (SK) bersama 8 orang termasuk satu orang intel polisi di dalamnya.
“Dalam mobil Pak endro dan Pak Edi juga ada seorang intel polisi yang di ajak. Jadi kehadiran LUIS untuk menegakkan hukum yang dilanggar SK (Social Kitchen-red) sesuai peraturan yang berlaku,” katanya dalam pernyataan tertulis, Kamis (22/12/2016), dikutip.
Ustadz Iim, begitu ia karib disapa, menjelaskan, melakukan aksi amar ma’ruf nahi munkar yang sesuai peraturan sudah menjadi rutinitas LUIS.
“Sehingga banyak pusat-pusat pelacuran dan penjual-penjual miras yang telah berhasil ditutup oleh LUIS tanpa kekerasan dan masalah,” ungkapnya.
Namun tidak dengan Social Kitchen. Menurut Ustadz Iim, Social Kitchen adalah tempat hiburan yang telah melanggar hukum. Selain kerap buka pada jam malam, Social Kitchen juga mejual miras dan kerap menyajikan tari telanjang.
“Namun seperti kebal karena ada backing. SK menyediakan tarian telanjang yang jelas merusak moral generasi muda, SK juga selalu buka melebihi jam ijin yang ditentukan oleh Pemkot sendiri. Namun tidak pernah ada tindakan dari aparat,” papar Juru bicara Jamaah Ansharusy Syariah itu.
Lima tokoh LUIS ditetapkan sebagai tersangka atas kasus tindak pidana kekerasan. Mereka dituduh membiarkan puluhan massa berjubah dan menggunakan penutup wajah yang merusak fasilitas Social Kitchen dan melakukan pemukulan. Padahal, kedatangan LUIS ke Social Kitchen untuk mediasi dengan manajemen terkait jam malam yang dilanggar tempat hiburan tersebut.
Adapun massa yang melakukan pengrusakan, LUIS sama sekali tidak mengenalinya. Apalagi LUIS hanya datang bersama 8 orang lainnya termasuk satu orang intel polisi di dalamnya.
(jurnalislam.com./arrahmah.com)