MUNICH (Arrahmah.id) – Sebuah universitas di kota Munich, Jerman selatan, meminta maaf kepada dua mahasiswi Muslim atas praktik diskriminatif selama ujian online setelah insiden tersebut memicu kecaman luas di media sosial.
HM Hochschule Munchen mengatakan di Twitter bahwa mereka “meminta maaf yang tulus” kepada siswa yang diminta oleh instruktur untuk melepas jilbab mereka selama ujian online untuk mengesampingkan kecurigaan penipuan.
“Jilbab tidak bisa dibandingkan dengan aksesori fashion biasa, dan harus ditangani secara berbeda,” kata manajemen universitas, dan berjanji akan mengubah instruksi kepada pengawas ujian untuk memastikan penghormatan terhadap kebebasan beragama.
Salah satu mahasiswa yang menghadapi praktik diskriminatif ini mengucapkan terima kasih kepada para pengguna media sosial atas dukungannya melalui akun Instagramnya “_kb.ra”, namun juga mengkritisi manajemen yang terlambat merespons kejadian tersebut.
Dia menggarisbawahi bahwa mahasiswa Muslim akan melanjutkan upaya mereka sampai manajemen universitas memastikan perlakuan yang sama, dan mengakhiri praktik diskriminatif.
“Kami tidak akan berhenti sampai kami mendapatkan keadilan,” katanya di akun Instagram-nya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Sabtu (5/3/2022).
Meskipun Konstitusi Jerman menjamin kebebasan beragama, umat Islam, terutama wanita berjilbab, sering menghadapi praktik diskriminatif dalam pendidikan dan tenaga kerja.
Negara ini menjadi saksi meningkatnya rasisme dan Islamofobia dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh propaganda kelompok neo-Nazi dan partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD).
Jerman, negara berpenduduk lebih dari 83 juta orang, memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Ada hampir 5,3 juta Muslim di negara itu. (rafa/arrahmah.id)