MINNESOTA (Arrahmah.id) – Sebuah universitas Amerika telah memecat seorang anggota stafnya setelah diduga memajang gambar yang menggambarkan Nabi Muhammad di kelas online, menyebabkan kemarahan di antara beberapa mahasiswa Muslimnya.
Insiden tersebut, yang terjadi pada Oktober, terjadi di Universitas Hamline, sebuah perguruan tinggi seni di St. Paul, Minnesota, di mana seorang dosen menunjukkan lukisan abad pertengahan yang menggambarkan Nabi Muhammad dalam kelas online tentang sejarah seni global, 5 Pilar Inggris melaporkan pada Rabu (4/1/2023).
Dosen yang namanya tidak disebutkan itu berbagi dua lukisan abad ke-14 dan ke-16 yang menggambarkan Nabi Muhammad.
Karya pertama adalah “penggambaran abad ke-14 tentang Nabi Muhammad yang menerima wahyu pertamanya dari malaikat Jibril” oleh Rasyid al-Din, sedangkan yang kedua adalah “Nabi Muhammad dengan kerudung dan halo”, dilukis oleh Mustafa Ibn Vali, lansir 5 Pilar.
Sebelum menampilkan gambar, sang dosen mengeluarkan peringatan lisan dan tertulis terkait gambar yang akan ditampilkan agar siswa yang merasa tidak nyaman melihat gambar untuk meninggalkan kelas, menurut surat kabar online mahasiswa Hamline, The Oracle.
Penggambaran visual Nabi Muhammad terlarang di dalam Islam. Isu tersebut kemudian diangkat oleh presiden Muslim Student Association (MSA), yang menghadiri kelas tersebut.
Aram Wedatalla mengeluh kepada administrasi universitas, mengatakan bahwa tindakan dosen itu “tidak sopan dan menyinggung” umat Islam.
“Sebagai seorang Muslim, dan orang kulit hitam, saya tidak merasa menjadi bagian dari diri saya, dan saya rasa saya tidak akan pernah menjadi bagian dari komunitas di mana mereka tidak menghargai saya sebagai anggota, dan mereka tidak menunjukkan rasa hormat yang sama yang saya tunjukkan kepada mereka,” katanya kepada The Oracle.
Satu bulan kemudian, universitas tidak memperbarui kontrak sang profesor, dan menyebut tindakannya “tidak sopan, dan Islamofobia”.
Profesor tersebut meminta maaf kepada MSA pada Desember, karena membuat mahasiswa “tidak nyaman”, menekankan bahwa ia tidak pernah bermaksud untuk tidak menghormati mahasiswa di kelasnya.
Beberapa akademisi di universitas mengkritik keputusan dewan dan bahkan mengeluarkan petisi Change.org yang menyerukan agar kontrak profesor dipulihkan.
Rektor universitas, Fayneese Miller, berkata: “Penghormatan terhadap mahasiswa Muslim yang taat di kelas seharusnya menggantikan kebebasan akademik”. (zarahamala/arrahmah.id)