KOTAMOBAGU (Arrahmah.com) – Setiap daerah mempunyai tradisi sendiri selama bulan Ramadhan dan Lebaran. Masyarakat muslim di Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara, mulai Senin malam (6/9/2010), menggelar acara monuntul atau acara pasang lampu memperingati turunnya Alquran di bumi pada malam Ramadhan.
“Acara monuntul (bahasa Mongondow) dijadikan peringatan turunnya Kitab Suci dari Allah SWT ke bumi untuk menerangi hidup manusia, “kata pemuka agama Islam Kotamobagu, Hi Danny Pontoh, di Kotamobagu, Senin.
Pontoh menjelaskan pemasangan lampu itu mengingatkan bahwa Kitab Suci Alquran diturunkan ke bumi oleh Tuhan untuk membawa jalan terang bagi umat manusia agar kembali hidup dalam kebenaran sekaligus menerangi orang-orang yang berada di sekitarnya, atau akrab disebut dengan malam Lailatul Qadar.
Pada malam Lailatul Qadar, lanjut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Kotamobagu tersebut, orang berbondong-bondong ke masjid untuk melakukan ibadah hingga jelang terbit fajar untuk dapat memaknai malam yang penuh kesejahteraan.
Lampu tuntul dipasang warga Kota Kotamobagu di semua Wilayah, baik di depan rumah warga maupun di halaman rumah, bahkan dipasang di lapangan olah raga, tetapi paling ramai memasang lampu tuntul ini adalah di sekitar wilayah Molinow, Mongkonai, Matali, Poyowa Besar dan Kopandakan.
Sementara itu di salah satu wilayah Kota Kotamobagu dimana terdapat banyak umat Muslim pengikut Syarikat Islam (SI), yakni di Kelurahan Molinow, pemasangan lampu dilakukan dengan sangat meriah, di depan rumah didirikan gapura dihiasi beraneka bunga dan di lapangan oloh raga dibuatkan beragan hiasan dari lampu botol.
“Tradisi ini sudah menjadi turun temurun di masyarakat semenjak para ulama mengajarkan Islam di wilayah Bolmong, sedangkan jumlah lampu yang dipasang itu bervariasi sesuai jumlah anggota keluarga yang berada di rumah tersebut mulai dari orang tua sampai anak,” jelas Pontoh lagi.
Malam pasang lampu itu akan dilaksanakan selama empat hari, tetapi pada hari keempat sudah mati, sebab sudah memasuki masa takbiran yang sudah membudaya turun temurun dari para mogoguyang (nenek moyang) dilakukan setiap tahun.
Pontoh menambahkan, kegiatan itu dilakukan untuk menjadi peringatan bahwa menyambut Idul Fitri, hati dan jiwa harus bersih, suci serta terang benderang seperti makna pemasangan lampu tuntul tersebut. (rep/arrahmah.com)