BRUSSELS (Arrahmah.com) – Pemberontak yang berjuang untuk menggulingkan pemimpin Libya, Muammar Gadhafi, tidak fanatik terhadap Islam, seorang diplomat Eropa mengatakan saat Uni Eropa bersiap untuk membuka kantor penghubung di Benghazi.
Diplomat yang diwawancarai oleh EUObserver tanpa mau menyebutkan identitasnya, Rabu (25/5/2011), mengatakan bahwa pemberontak bukan al Qaeda.
“Ada unsur Islam dalam politik oposisi Libya pada saat ini, tetapi merupakan kecenderungan politik Islam yang ringan, yang menyambut dan akan memiliki peran dalam dialog nasional. Fokus mereka adalah tataran nasional. Inilah perjuangan kemerdekaan,” kata diplomat itu.
Sementara itu, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mengumumkan minggu lalu bahwa kantor penghubung akan dibuka di Benghazi untuk mendukung Dewan Transisi Nasional. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton memuji diambilnya langkah tersebut.
“Visi kami adalah bahwa PBB dan Uni Eropa akan memainkan peran utama dalam periode pasca-Gadhafi” yang akan mencakup penyelenggaraan pemilu dan penyusunan konstitusi baru, kata diplomat tersebut.
Di samping AS dan Uni Eropa, Menteri Luar Negeri Polandia, Radek Sikorski, juga mengunjungi Benghazi minggu lalu untuk melakukan pembicaraan dengan dewan pemberontak. (althaf/arrahmah.com)