STRASBOURG (Arrahmah.com) – Uni Eropa akan membuka kantor di kota Benghazi yang dikuasai pemberontak Libya guna menopang bantuan pada oposisi yang memerangi Muamar Gaddafi, kata kepala kebijakan luar negeri EU Catherine Ashton, Rabu (11/5/2011).
“Saya bermaksud untuk membuka kantor di Benghazi agar supaya kami dapat menggerakkan maju bantuan yang telah kami bicarakan dengan orang-orang itu (pemberontak),” ujar Ashton pada Parlemen Eropa.
“Mereka mengiginkan kesehatan dan pendidikan, perawatan kesehatan, keamanan di perbatasan, macam dukungan yang dapat kita berikan pada mereka dan ingin kita berikan pada mereka.”
Pernyataannya itu dikatakan pada hari yang sama ketika pemimpin pemberontak Mahmud Jibril, dari Dewan Transisi Nasional pemberontak, akan bertemu dengan para anggota penting parlemen AS, seperti yang dilansir oleh Antara.
AS belum mengakui NTC sebagai wakil sah rakyat Libya. Sementara Prancis, Italia, Qatar dan Gambia telah siap membuat (pengakuan) itu.
NATO yang melakukan serangan udara terhadap pasukan pro Gaddafi untuk melindungi warga sipil, telah memutuskan untuk mendirikan pos sipilnya sendiri di Benghazi dalam upaya untuk meningkatkan kontak politik dengan pemberontak. Inggris, Prancis dan Italia secara terpisah telah mengirim puluhan penasehat militer khusus ke Benghazi.
Kekuatan-kekuatan besar internasional telah sepakat pekan lalu untuk membentuk dana baru guna membantu pemberontak dan berjanji untuk menarik aset pemerintah Gaddafi yang dibekukan.
Pemberontak juga minta masyarakat internasional untuk mengirimi mereka senjata terdepan guna memecahkan kebuntuan di medan tempur, tapi masyarakat internasional berbeda pendapat perihal mempersenjatai pemberontak itu.
Sementara itu dihari yang sama pula, Menteri Luar Negeri Polandia Radek Sikorski mengunjungi kota Libya Benghazi untuk mendukung pemberontak melawan tentara yang setia pada pemimpin Libya Muammar Gaddafi. (rasularasy/arrahmah.com)