KABUL (Arrahmah.id) – Uni Eropa telah mengalokasikan 12 juta euro untuk mitranya, Yayasan Aga Khan, Dewan Pengungsi Denmark dan Asosiasi Rehabilitasi dan Pengembangan Pertanian untuk Afghanistan untuk mendukung warga Afghanistan yang rentan, demikian ungkap Delegasi Uni Eropa untuk Afghanistan dalam sebuah pernyataan.
“Secara keseluruhan, aksi ini akan secara langsung menguntungkan lebih dari 70.000 orang (dimana 62% di antaranya adalah perempuan) dan hampir 500.000 anggota rumah tangga di tujuh provinsi, termasuk Bamyan, Baghlan, Samangan, Badakhshan, Takhar, Herat, dan Farah,” kata pernyataan itu seperti dilansir Tolo News (23/6/2023).
TOLO News mewawancarai dua perempuan rentan yang melakukan pekerjaan berbahaya untuk menghidupi keluarga mereka, Sabza Gul dan Naseema yang bekerja sebagai buruh.
“Saya memiliki enam anak perempuan dan satu anak laki-laki dalam keluarga. Dia memiliki gangguan mental. Dia bekerja tetapi tidak dapat bekerja dengan baik. Saya tidak memiliki akses air dan listrik,” kata Sabza Gul.
“Kami ingin dibantu. Bekerja di sini saja tidak cukup. Kami berharap masalah kami akan diatasi,” kata Naseema.
Sementara itu, Kementerian Ekonomi mengatakan bahwa masih diperlukan lebih banyak bantuan untuk membantu masyarakat Afghanistan.
“Kami menyambut baik paket bantuan baru dari Uni Eropa dan menyerukan kepada semua organisasi internasional terutama organisasi Islam untuk tidak menghentikan bantuan kepada rakyat Afghanistan dan juga untuk memberikan bantuan pembangunan kepada Afghanistan, kata Abdul Latif Nazari, wakil Menteri Ekonomi.
Kuasa Usaha Uni Eropa untuk Delegasi Uni Eropa untuk Afghanistan, Raffaella Iodice, mengatakan bahwa perubahan iklim di Afghanistan diperkirakan akan memperburuk situasi.
“Di Afghanistan, jutaan orang kelaparan, sementara perubahan iklim diperkirakan akan memperburuk situasi bagi banyak orang Afghanistan, terutama perempuan. Uni Eropa -bersama dengan para mitranya- mendukung rakyat Afghanistan. Investasi dalam produksi pangan berkelanjutan, pertanian yang cerdas iklim dan infrastruktur yang tangguh membuat perbedaan nyata bagi kehidupan warga Afghanistan saat ini dan di masa depan,” kata Iodice seperti dikutip dalam pernyataan itu.
“Sudah beberapa dekade bantuan telah diberikan kepada rakyat Afghanistan namun belum ada pekerjaan pada proyek-proyek infrastruktur,” ujar Adul Baseer Tarakai, seorang ekonom.
Laporan OCHA baru-baru ini mengatakan bahwa perkiraan jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan di Afghanistan telah meningkat menjadi “28,8 juta (naik dari 28,3 juta pada awal 2023).” (haninmazaya/arrahmah.id)