Belgia (Arrahmah.Com) – Bukan Syaikh Usamah bin Ladin dan bukan pula wakilnya, Dr. Ayman al-Zawahri. Legenda Hidup al Qaeda justru disematkan kepada seorang wanita mujahidah 48 tahun yang baru saja diciduk polisi kafir Belgia. Dia adalah Malika el-Aroud. Entah alasan apa yang membuat aparat keamanan Belgia menjuluki Malika legenda jaringan “teroris” tersebut. Pasalnya, baik Usamah maupun Ayman belum pernah menyebut-nyebut nama Malika.
Namun, mendiang suami Malika, Abdessater Dahmane, merupakan pejuang al-Qaidah sehingga merelakan nyawanya untuk meledakkan bom syahid di depan seorang musuh Taliban dan al-Qaidah iaitu Pengkhinat Ahmad Syah Masud dari Aliansi Utara tujuh tahun lalu. Selain itu, Malika dalam suatu wawancara dengan stasiun televisi CNN beberapa waktu lalu secara terang-terangan menyatakan cinta kepada Usamah dan perjuangannya memerangi kaum kafir Barat.
Malika bukan pelaksana serangan, namun dia disinyalir sebagai aktor intelektual yang lihai memotivasi orang untuk melakukan aksi nekad. “Dia benar-benar aktif sebagai pejuang Jihad yang memberi motivasi,” kata Claude Moniquet, pengamat dari European Strategic Intelligence and Security Center kepada Associated Press.
Menurut Moniquet, Malika rajin menulis pesan dan ajakan dalam bahasa Prancis di internet mengenai perjuangan melawan kaum Barat. Dengan nama samaran Oum Obeyda, perempuan keturunan Maroko tersebut diketahui merancang serangan “dengan sasaran suatu tempat di Eropa, mungkin di Belgia dan bukan di Afganistan.” “Dialah yang tiga pekan lalu mengirim pesan lewat internet. Dia sangat berbahaya,” kata Moniquet.
Cinta Malika kepada Syaikh Usamah tak usah diragukan lagi. Malika pun tetap mencintainya meski Usamah telah mengirim Abdessater Dahmane ke misi maut. Tanggal 9 September 2001, dua hari sebelum “Tragedi World Trade Center”, Abdessater rahimahullah dan seorang rekan melakukan serangan bom syahid. Serangan yang dilakukan atas perintah Usamah itu menewaskan pemimpin Aliansi Utara anti Taliban, Ahmed Shah Massoud.
Tim reporter dari stasiun televisi CNN bertemu dengan Malika Februari lalu di kota kecil di Swiss bernama Guin. Ia tinggal dengan suami barunya, Moez Garsalloui, seorang Tunisia. Malika adalah tipikal perempuan yang langsung mengatakan apa yang ada di pikirannya.
Malika adalah orang yang sangat percaya sabda jihad Usamah. Bersama dengan Moez, ia mengelola sebuah situs untuk mempromosikan jihad. Keberadaan situs itu membuat otoritas Swis, tahun lalu, menahan pasangan suami-istri tersebut selama beberapa hari. Situs tersebut dianggap menginspirasi aksi jihadi. Penyelidikan terhadap kasus tersebut masih berlangsung hingga kini.
Malika mengenakan jubah hitam yang menutup rapat tubuhnya dari kepala hingga kaki. Hanya sedikit celah. Mata coklatnya sangat ekspresif, secara dramatis tersorot oleh lampu saat wawancara pertamanya di CNN. Sambil menatap tajam ke arah kamera, ia berkata, “Menjadi istri seorang martir adalah titik puncak dalam Islam. Bagi perempuan, hal itu merupakan sesuatu yang luar biasa.”
Malika lahir di Maroko tetapi keluarganya kemudian bermigrasi ke Belgia. Dulu, dia adalah remaja berjiwa bebas dan pemberontak. Di rumah, dia diminta mengenakan busana muslim. walaupun kadang tidak konsisten, namun dia berubah dan menjadi uslimah yang baik.
Bola mata Malika melebar saat ia menceritakan hasrat mendiang suaminya, untuk bertemu Usamah bin Ladin yang saat itu tinggal di Afghanistan.
“Abdessater bermimpi berada di bawah perintah-perintah Usamah bin Ladin,” kata Malika. “Ya, dia berjanji setia kepada Usamah. Ya benar sekali, itu adalah mimpinya. Mimpinya adalah bertemu Usamah, berjabat tangan, dan menyerahkan diri terhadap perintah-perintah Usamah.”
Suami Malika seoarng yg sangat mencintai Syaikh Usamah ketika pemimpin al-Qaidah muncul di layar televisi, menyerukan seruan untuk melakukan jihad melawan AS dan negara lain yang menindas kaum muslimin.
Dalam buku yang ditulisnya sendiri, “Soldier of Light”, Malika menulis “Abdessater merasa bahwa pesan Usamah di televisi itu ditujukan bagi dirinya.”
Pertengahan 2001, Abdessater bertolak ke Afghanistan. Malika mengatakan bahwa Abdessater sedang mencari arena peperangan, dia menyukai Chechnya. Namun Usamah merekrutnya ke al-Qaidah, dan Abdessater dilatih di Jalalabad.
Ketika Malika pergi ke sana untuk membuka panti asuhan, dia kaget melihat apa yang terjadi. Kemiskinan parah dan kerusakan akibat perang. Malika dan Abdessater menyalahkan AS yang menerapkan sanksi untuk Taliban.
Malika kemudian menuturkan betapa saat itu ia merasa bahagia, berkumpul kembali bersama suaminya dan terikat dalam sebuah komunitas. Barulah kemudian dia sadar bahwa dia berada di tengah-tengah klan Usama, sebuah lingkaran yang juga melibatkan istri-istri Usamah.
“Saya tidak mampu menggambarkan betapa bahagianya mereka,” kata Malika. “Mereka sangat bercahaya. Kalau tidak mereka tidak akan dinikahi Usamah. Saya kira dia [Usamah] tidak bertindak semena-mena terhadap mereka.”
Malika mengaku dia tidak pernah bertemu Usamah karena kaum perempuan tidak bersosialisasi dengan kaum lelaki. Namun Usamah memiliki karisma yang memukau suami Malika.
Abdessater Dahmane tidak pernah memberi tahu istrinya bahwa dia akan melakukan serangan bom syahid. Namun Malika belajar banyak dari pengorbanan suaminya. Suara Malika bergetar ketika menceritakan bagaimana keluarga di sekitarnya justru datang memberi ucapan selamat atas tindakan yang dilakukan suaminya. Malika sangat terkejut, dan belum hilang selama beberapa pekan setelah selesai berkabung.
Seorang utusan al-Qaidah mengantar sebuah surat yang di dalamnya berisi uang US$ 500. Usamah, kata Malika, ingin membayar utang. Dalam paket surat tersebut juga terselip sebuah kaset rekaman. Melalui kaset itu, Malika mendengarkan kata-kata terakhir suaminya. Abdessater mengatakan bahwa ia sangat mancintai Malika. Namun pada waktu itu, ia sudah “berada di sisi yang lain.”
Pembunuhan itu dilakukan atas perintah pemimpin al-Qaidah, Usamah bin Ladin. Misinya jelas. Dukungan Taliban diperlukan sebagai langkah antisipatif setelah al-Qaida menyerang Amerika Serikat (AS). Sebagaimana istrinya, Dahmane yang direkrut oleh al-Qaidah Tunisia ini sangat loyal pada Syaikh Usamah.
Masa-masa berkabung Malika diinterupsi oleh kampanye serangan AS terhadap Afghanistan. Malika kemudian berhijrah ke Pakistan dan dengan kelelahanya luar biasa, ia berjalan ke kedutaan Belgia di Pakistan lalu meminta pulang.
Namun derita belum berakhir. Di Belgia, Malika diajukan ke pengadilan karena dituduh terlibat dalam pembunuhan Pengkhianat Ahmad Syah Massoud (komandan Perang Aliansi Utara). Kasus ditutup pada 2003 karena kurang bukti. Perempuan itu tidak gentar menghadapi penyelidikan atas situs yang dikelolanya. Malika mengajak reporter CNN ke ruang tidurnya untuk menunjukkan cara ia mengelola forum internet tersebut. Dari layar monitor komputer Malika, wartawan CNN melihat gambar yang cukup besar, foto Usamah bin-Ladin.
“Mudah bagi saya untuk menggambarkan cinta suami saya pada Usamah karena saya juga merasakan hal yang sama,” kata Malika. “Sebagian besar umat Muslim cinta Usamah. Dialah yang menolong kaum tertindas. Dia juga yang melakukan perlawanan atas musuh terbesar di dunia, Amerika Serikat. Maka kami mencintai dia,” lanjutnya. (Prince Muhammad/viva/Arrahmah.com)