Solo (armnews) – Bentrokan antara umat Islam dan preman (bukan warga_ed) terjadi di wilayah Kelurahan Joyosuran, Pasar Kliwon, Surakarta, Senin (17/3) malam, mengakibatkan satu orang tewas dan seorang lainnya terluka parah. Korban meninggal bernama Heri Yulianto alias Kipli, 35, warga Semanggi RT 5/VIII sedangkan korban luka parah bernama Tri Joko, 25, warga Kepatihan Wetan, Jebres. Heri menderita luka parah di kepala bagian belakang dan mengeluarkan banyak darah.
Informasi yang dihimpun di lapangan menyebutkan, bentrokan terjadi sekitar pukul 21.15 WIB di pertigaan Jl Kapten Mulyadi dan Jl Kahar Muzakir, Joyosuran. Beberapa saksi mata di tempat kejadian perkara (TKP) mengungkapkan, sebelum bentrokan terjadi ada belasan pemuda yang menenggak minuman keras (Miras) di pertigaan tersebut. Tak lama kemudian, dari arah utara (Jl Kapten Mulyadi) muncul sekitar 100 orang dari kelompok umat Islam dengan berjalan kaki. Setiba di TKP, kelompok tersebut langsung membubarkan belasan pemuda yang berpesta miras.
Namun, upaya pembubaran itu mendapat perlawanan dari para pemuda. Mereka melawan dengan menggunakan bambu dan batu. Perkelahian tak seimbang pun tak terelakkan. Belasan pemuda itu terdesak karena kalah jumlah. Beberapa dari mereka menghubungi teman lainnya sehingga puluhan pemuda berdatangan dan ikut terlibat perkelahian dengan kelompok umat Islam.
”Warga tahu ada tawuran itu, tapi tidak berani melerai karena takut. Apalagi jumlah massa juga begitu banyak, kami memilih berdiam diri dan menghubungi polisi,” ujar Edi, salah satu warga setempat di lokasi. Aparat Poltabes yang mendapat laporan segera meluncur ke tempat kejadian.
Sekitar 100 polisi terdiri atas anggota pengendali massa (Dalmas), Samapta, Satreskrim dan aparat Polsektabes Pasar Kliwon segera memisahkan pertikaian. Kelompok umat Islam kemudian digiring masuk ke kompleks Masjid Muslimin yang terletak di RW X, Joyosuran yang berada di sebelah barat lokasi bentrokan sementara kelompok pemuda berada di sisi timur. Korban Heri Kipli dan Tri Joko, keduanya dari kubu preman, segera dilarikan ke RS Islam Kustati guna mendapatkan perawatan.
Namun karena luka yang diderita sangat parah, Heri harus menghembuskan nafas terkahirnya. Ia menderita luka parah di kepala bagian belakang yang terus menerus mengeluarkan darah. Oleh petugas, ia kemudian dibawa ke RSUD Dr Moewardi guna menjalani autopsi. Sementara, Tri Joko masih menjalani di rumah sakit tersebut, akhirnya dia meninggal dunia . Untuk mencegah tawuran susulan, polisi lantas membuat barikade tepat di pertigaan Jl. Kapten Mulyadi dan Jl. Kahar Muzakir. Hingga pukul 23.00 WIB, situasi masih mencekam.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, petugas menutup Jl Kapten Mulyadi, tepatnya di perempatan Baturono. Kendaraan yang ke selatan dialihkan ke barat dan ke timur.
”Warga memilih untuk menjaga rumah masing-masing dan menyerahkan penanganannya kepada aparat kepolisian,” ujar Sunardiyono, warga lainnya.
Sekitar pukul 23.30 WIB, polisi berupaya mengevakuasi kelompok umat Islam yang bertahan di masjid. Sedikitnya tiga buah truk disiagakan di pintu gang. Namun, upaya evakuasi menemui kesulitan karena umast Islam menolak. Akhirnya dilakukan negosiasi antara kelompok umat Islam dengan polisi.
Sekitar pukul 24.00 WIB, dua orang dari kelompok umat Islam terlihat dibawa ke mobil petugas Nopol 72013-IX dengan kawalan ketat enam polisi. Salah seorang sempat mengadakan perlawanan sehingga harus dipegangi sekitar empat polisi.
Membantah
Hampir seluruh unsur pimpinan Poltabes Solo turun ke lapangan untuk melakukan negosiasi. Pjs Kapoltabes Solo, Kombes Pol Drs A Syukrani SH memimpin langsung proses evakuasi laskar yang berjalan lama karena mendapat perlawanan.
Sementara itu, ratusan warga setempat terlihat mengerumuni kawasan yang menjadi lokasi bentrok. Namun, mereka tidak berani mendekat dan memilih melihat dari kejauhan. Evakuasi berakhir Selasa (18/3) sekitar pukul 01.00 WIB.
Keterangan berbeda diungkapkan dari pihak umat Islam. Salah satu perwakilan umat Islam, Joko Aris menyatakan, bentrokan bermula saat sekitar 30 pemuda mendatangi Masjid Muslimin untuk mencari salah satu jamaah. Para pemuda tersebut, menurut Joko, memang telah mengincar salah satu pemuda masjid. Para pemuda (baca: preman) tersebut bermaksud balas dendam.
“Memang teman saya sudah diincar, mereka tidak terima karena dulu pernah di-sweeping. Kami juga bukan laskar, kami hanya jamaah masjid yang mempertahankan diri karena diserang para pemuda mabuk,” ujarnya saat menghubungi .
Dikatakan dia, karena mendengar ada puluhan pemuda mendatangi masjid, dirinya kemudian bersama sekitar 30 jamaah masjid menghadang di tengah jalan.”Kami melawan dengan senjata seadanya, batu dan kayu. Sedangkan puluhan preman itu membawa senjata tajam.”
Saat wartawan muslimdaily.net lokasi kejadian konsentrasi masa sudah berangsur bubar, namun saat penggiringan anggota jamaah masjid ke dalam truk polisi para jamaah mendapatkan perlakuan kasar, seperti ditendang, dipukul, ditampar dan di maki-maki. Padahal saat negoisasi polisi mengatakan tidak akan di apa-apakan cuma dievakuasi ke Poltabes agar tidak ada konsentrasi massa lagi.
Berdasarkan fakta, terungkap kebenaran bahwa para preman itulah yang menyerang ke lokasi masjid dan anggota jamaah masjid di dalamnya (umat Islam) yang sebelumnya sudah dibubarkan agar kembali ke rumah. Namun anggota jamaah masjid tersebut mendadak diserang. Selanjutnya umat Islam dan jamaah masjid pun balik melawan dan mengakibatkan 2 korban di pihak preman.(muslimdaily)