TEHERAN (Arrahmah.id) – Seorang ulama Sunni Iran pada Jumat (6/1/2023) mengecam dugaan penggunaan pengakuan paksa Iran yang tidak Islami untuk menghukum pengunjuk rasa yang ditahan, ketika demonstrasi mingguan berlanjut di wilayah tenggara.
Sementara itu, tindakan keras pihak berwenang setelah protes nasional berlanjut dengan penangkapan, termasuk seorang koki selebriti dan jurnalis terkemuka.
Pawai anti-pemerintah telah diadakan pada Jumat di tenggara provinsi Sistan-Baluchistan sebagai bagian dari protes setelah kematian seorang wanita muda Kurdi Iran dalam tahanan pada 16 September yang ditahan oleh polisi moralitas karena melanggar aturan berpakaian yang ketat untuk wanita, lansir Reuters.
“Jika seseorang tidak mengakui tuduhan itu, mereka menyiksanya untuk mengakuinya. Pengakuan di bawah paksaan dan pemukulan terhadap terdakwa tidak memiliki tempat dalam syariah (hukum Islam) dan Konstitusi negara kita,” kata Molavi Abdolhamid Ismaeelzahi dalam khutbah shalat Jumat.
Ismaeelzahi berbasis di Zahedan, ibu kota provinsi Sistan-Baluchistan yang miskin, rumah bagi minoritas Baluch di Iran. Pihak berwenang dilaporkan menekannya dengan melarang dia bepergian ke luar negeri dan membatasi perjalanan dan kontaknya di Iran.
Kelompok-kelompok HAM mengatakan hukuman para “pembangkang” di pengadilan Iran seringkali didasarkan pada pengakuan paksa. Namun otoritas Iran membantahnya.
Ismaeelzahi, salah seorang “pembangkang” kuat di Iran yang dikuasai Syiah, juga mengecam penangkapan massal di Zahedan, setelah media rezim mengatakan pasukan keamanan telah menangkap lebih dari 100 “preman dan perampok bersenjata” di sana dalam beberapa hari terakhir.
Setelah khutbah, para demonstran berbaris di Zahedan, meneriakkan “Matilah Republik Islam” [Iran-red], menurut video yang diposting di media sosial.
Secara terpisah, koki dan influencer Navab Ebrahimi ditangkap di ibu kota Teheran dan dibawa ke penjara Evin, tempat banyak tahanan politik ditahan, kata kelompok HAM HRANA.
Tidak ada kabar langsung dari pengadilan tentang penangkapan Ebrahimi yang memiliki 2,7 juta pengikut di Instagram. Akunnya tidak tersedia pada Jumat.
Mehdi Beik, yang mengepalai meja politik surat kabar moderat Etemad, ditahan oleh petugas keamanan pada Kamis, kata istrinya di Twitter.
Pejabat belum mengumumkan alasan penahanan Beik, yang telah mewawancarai kerabat pengunjuk rasa yang ditangkap.
Komite untuk Perlindungan Wartawan yang berbasis di AS mengatakan di Twitter bahwa, pada 5 Januari, telah mendokumentasikan setidaknya 84 nama wartawan yang telah ditangkap di Iran di tengah protes yang sedang berlangsung, 36 di antaranya telah dibebaskan dengan jaminan. (haninmazaya/arrahmah.id)