MAKKAH (Arrahmah.com) – Klaim universitas di Inggris tentang temuan penggalan Al-Quran tertua di dunia telah dibantah oleh para ulama Arab sebagai aksi publisitas, dan menyangkal pernyataan bahwa salinan itu ditulis selama era Nabi Muhammad (saw).
“Hal ini tidak mungkin untuk memastikan bahwa perkamen itu ditulis dekat dengan masa Nabi (saw),” Abdul Sattar Al Halouji, seorang ulama Saudi, seperti dikutip harian Makkah, sebagaimana dilansir oleh Onislam, Selasa (28/7/2015).
Penggalan yang dianggap sebagai Al-Qur’an tertua di dunia itu telah ditemukan di Universitas Birmingham dimana para ahli mengatakan bahwa naskah itu ada sejak zaman Nabi Muhammad (saw), 1370 tahun yang lalu.
Pengumuman itu menyusul analisis radiokarbon yang membuktikan bahwa penggalan Al-Aqur’an itu ditulis dalam periode antara 568 dan 645 Masehi, dengan akurasi 95,4%.
Nabi Muhammad (saw) diyakini telah hidup antara 570 hingga 632 Masehi, berarti teks yang ditemukan di universitas itu ditulis selama Nabi masih hidup..
Naskah yang terdiri dari bagian-bagian Surat 18 sampai 20 dari kitab suci Al-Qur’an, ditulis dalam bentuk awal dari tulisan Arab yang dikenal sebagai Hijaz.
Al Halouji mengatakan bahwa para ahli harus meneliti tinta yang digunakan dalam menulis surah-surah dari kitab suci itu.
Halouji juga mengatakan bahwa kulit binatang dimana naskah itu ditulis bisa jadi setua itu, tapi itu tidak membuktikan bahwa naskah itu ditulis pada waktu itu.
Arkeolog Saudi menegaskan bahwa tinta merah yang digunakan untuk memisahkan antara surah itu tidak digunakan selama era Nabi Muhammad (saw).
Selain itu, tulisan ‘Bismillaahirrahmaanirrahiim” tidak ditulis dalam tinta merah.
“Naskah itu mungkin saja dari era Utsman Bin Affan yang menjadi khalifah bertahun-tahun setelah wafatnya Nabi (saw),” kata arkeolog Adnan Al Sharif, dekan perpustakaan di Universitas Ummul Qura.
“Selama masa Nabi (saw), Al-Qur’an belum terorganisir atau belum dalam bentuk seperti sekarang ini. Juga, tidak ada warna yang digunakan. “
Al-Sharif mengatakan ada banyak penelitian yang meragukan klaim kalau mushaf yang ada di Universitas Birmingham merupakan penggalan Al-Qur’an tertua.
“Salah satunya adalah adanya pemisahan warna merah antara Bismillah dan dua Surat Maryam dan Thaha. Itu tidak biasa di masa Nabi untuk memisahkan antar Surat. Lembaran itu tampaknya tersusun dengan baik dan tidak begitu pada masa Nabi (saw),” katanya.
Selain itu Al-Sharif mengatakan kalau pemeriksaan radiokarbon naskah hanya dapat menunjuk pada abad dan bukan pada tahun.
“Ada salinan Al-Qur’an di Turki, Mesir dan Yaman pada abad pertama hijriah. Ini berarti bahwa itu bersamaan dengan naskah di Birmingham,” katanya.
Abbas Tashkandi, pakar manuskrip lain, mengungkapkan pendapat serupa.
“Kulitnya mungkin tua tapi tulisannya mungkin baru,” katanya.
(ameera/arrahmah.com)