(Arrahmah id) – Di tengah gelombang penindasan brutal rezim Hafez Assad di Suriah, seorang ulama besar dari Hama, Syaikh Muhammad Basyir bin Ahmad al-Murad al-Hamawi,
mencatat sejarah keberanian yang menginspirasi. Beliau, seorang alim yang dihormati karena ilmunya dan keteguhan imannya, memilih syahid daripada menjual prinsip agamanya demi kekuasaan.
Menolak Jabatan demi Agama
Hafez Assad, melalui salah satu pejabat rezimnya, menawarkan posisi Menteri Agama kepada Syaikh Basyir. Tawaran ini bukan tanpa syarat: beliau harus mendukung rezim yang dikenal kejam itu dan diam terhadap segala bentuk pelanggaran HAM yang dilakukan.
Namun, dengan lantang Syaikh Basyir menjawab, “Saya bersedia menanggalkan serban dan jubah saya, lalu pergi ke pasar untuk menjual acar. Itu lebih baik daripada menjual agama saya kepada kalian.”
Menolak Menjadi Alat Propaganda
Pada puncak pembantaian massal di Hama, yang menewaskan puluhan ribu warga sipil, Syaikh Basyir kembali dihadapkan pada tekanan. Rezim meminta beliau tampil di televisi untuk membenarkan kekejaman tersebut dan menipu rakyat dengan dalih agama. Sekali lagi, Syaikh Basyir menolak, bahkan dengan risiko nyawanya.
Eksekusi Brutal
Keberaniannya yang luar biasa membuat rezim Hafez Assad murka. Syaikh Basyir akhirnya ditangkap, ditembak mati, dan tubuhnya dilindas tank hingga hancur. Meski menghadapi kematian yang begitu mengerikan, beliau tetap teguh dan tidak gentar.
Kata-kata terakhirnya sebelum eksekusi menjadi saksi atas keberanian yang tak tergoyahkan: “Apakah kalian akan menakut-nakuti kami dengan kematian?”
Warisan Keteguhan
Kisah syahidnya Syaikh Muhammad Basyir al-Murad bukan hanya sejarah keberanian, tetapi juga peringatan bahwa prinsip dan iman lebih berharga daripada segala bentuk kekuasaan duniawi. Beliau meninggalkan teladan tentang bagaimana seorang ulama sejati menempatkan kebenaran di atas segalanya, meskipun harus menghadapi ancaman dan kematian.
Sumber:
Kisah ini dikutip dari FatwaPedia melalui artikel “Biografi As-Syahid al-Allamah Syaikh Muhammad Basyir al-Murad an-Naqsyabandi” serta narasi sejarah yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Wail al-Hanbali. Informasi tambahan berasal dari saksi sejarah Hama, yang mendokumentasikan kejadian pembantaian oleh rezim Hafez Assad.
(Samirmusa/arrahmah.id)