(Arrahmah.com) – Serangan bom bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 27 orang dan melukai 227 lainnya di sebuah tempat ibadah Syiah di Kuwait City pada Jum’at (26/6/2015) lalu mengundang begitu banyak tanggapan negatif tentang jihad dan mujahidin.
Akibat pengeboman yang dilakukan pada saat berlangsungnya “shalat Jum’at” itu, para penguasa Timur Tengah yang sebelumnya telah terbelah menjadi dua kubu, syiah dan sunni, pasca meletusnya konflik Suriah, malah kembali bersatu dalam poros penentangan terhadap jihad dan dakwah sunniyah.
Iran kembali berada di atas angin dengan memanfaatkan sentimen emosional bangsa Arab dan orang-orang bodoh untuk menakut-nakuti penguasa Arab dengan fitnah isu terorisme, setelah sebelumnya para penguasa Arab mulai bersimpati terhadap jihad Suriah dan kebencian mereka terhadap Syiah telah mengkristal.
Dalam pesan yang disampaikan melalui akun Twitter yang diketahui milik mereka, kelompok “Daulah Islamiyyah”, atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, telah mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di tempat ibadah Syiah tersebut.
Jihad kembali menjadi korban atas tindakan mereka yang menyerang dan merugikan Mujahidin, sementara umat Ahlussunnah wal Jamaah lah yang justru harus membayar harganya.
Perkembangan ini mendorong ulama mujahidin yang senantiasa berjihad di jajaran Tanzhim Al-Qaeda di negeri Syam, yakni Syaikh Abu Mariyah Al-Qahthani, untuk angkat bicara mengenai persoalan ini. Berikut terjemahan lengkap makalah beliau, yang dipublikasikan Muqawamah Media pada Senin (29/6/2015).
Tanggapan Mujahidin Mengenai Pemboman Masjid Imam As-Shadiq oleh ISIS di Kuwait
Oleh: Syaikh Abu Mariyah Al-Qahthani
Pemboman yang terjadi hari ini (26/6), (ISIS kembali mengebom masjid Syiah pada saat shalat Jumat, kali ini di Kuwait, menewaskan 27 orang), di Kuwait membuktikan dengan bukti yang sangat jelas bahwa badan intelijen dan tujuan-tujuannya telah terlibat dalam pemboman itu demi melawan dakwah dan gerakan jihad Sunni di Kuwait.
Adapun ISIS, maka saat ini keadaan mereka telah melewati puncak fase infiltrasi (sebuah fase ketika gerakan jihad disusupi intelijen) menuju fase fabrikasi (fase ketika gerakan ini telah dikendalikan dan seluruh kebijakannya merupakan buatan intelijen) dan itu adalah bagian dari sistem perang melawan Jihad Sunni dan Dakwah; peperangan ini dipimpin oleh orang yang bekerja melawan Islam.
Sekarang ini, ISIS sudah jauh lebih parah dari fase ketika mereka menjadi Khawarij, dan umat sangat membutuhkan pernyataan yang tegas secara Syar’i mengenai aliran sesat ini dalam hal ini; semua tindakan mereka melayani kepentingan musuh-musuh Islam, dan Ahlussunnah wal Jamaah lah yang harus membayar harga atas semua kerusakan yang mereka lakukan.
Semua tindakan mereka selalu dalam posisi menyerang dan merugikan Sunni dan Mujahidin, dan perbuatan kriminal mereka pun telah dikenal luas. Aliran sesat ini pun telah bekerja untuk mendistorsi Islam di mata orang-orang yang tidak termasuk kalangan Islam, dan bekerja untuk memutarbalikkan makna Jihad di mata umat Islam.
Itu sebabnya semua tindakan yang dilakukan oleh sekte berbahaya ini harus diawasi, mereka adalah kelompok yang bersikap seenaknya dalam melaksanakan hukum Islam sebagaimana hal ini telah terungkap dalam timbangan Syariah, mereka menerapkan sisi-sisi yang mereka sukai dari Syariah ini dan yang bisa melayani kepentingan mereka, padahal seharusnya merekalah yang melayani kepentingan agama ini.
Mereka adalah kelompok yang mengobarkan perang melawan Mujahidin dan mengafir-kafirkan kaum Muslimin. Dan semua tindakan mereka justru melayani kepentingan musuh-musuh Islam, dan Islam tidak bersalah terhadap mereka. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk senantiasa mewaspadai semua tindakan kelompok buatan intelijen ini.
Dan masalahnya adalah bahwa masih ada beberapa orang bodoh yang menisbatkan diri bersama para ahli ilmu di beberapa negara, yang membantu tindakan ISIS, dan mereka senang dengan kejahatan ISIS, dan kecurangan yang mereka lakukan.
Dan orang-orang ini tidak lain hanyalah menyimpang dari mereka memiliki penyakit psikologis, mereka memiliki nafsu untuk membalas dendam. Dan ISIS menyanyikan pujian bahwa mereka menerapkan Syariah, tetapi sebenarnya mereka hanya meninggalkan Syariah, berperang melawan Syariah dan mengubah Syariah ini.
(aliakram/arrahmah.com)