SURABAYA (Arrahmah.com) – Sejumlah pria atas nama ulama se pulau Madura mendatangi gedung Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur untuk melaporkan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Megawati soekarno putri.
“Umat Islam se Pulau Madura yang diwakili oleh Kiai Ali Salim dan 2 saksinya, pelaporannya adalah pasal 156 (terkait) permusuhan dengan terlapor Megawati,” terang Muhammad, salah satu perwakilan ulama kepada awak media, Rabu (08/11/2017), sebagaimana dilansir Suara Jatim Post.
Presiden ke 5 RI itu dilaporkan atas tudingan melakukan penghinaan kepada umat Islam dalam pidato politik yang ia sampaikan beberapa waktu lalu.
“Dianggap seakan-akan kalau hari kiamat dan setelah kematian itu tidak ada, seakan-akan hanya ramalan padahal itu dalam Al Quran surat Al Baqarah di ayat-ayat pertama itu sudah ada,” jelas Muhammad.
Mereka mengaku baru melaporkan Megawati setelah Kiai Ali Salim mendapat laporan dari para santrinya tentang video pidato tersebut yang diunggah di youtube.
“Walaupun agak terlambat, setelah tahu mereka bangkit. Maka judulnya umat Islam Madura bangkit, jadi baru tahu,” imbuh Muhammad.
Ia memastikan jika aksi yang dilakukan pihaknya tidak berkaitan dengan laporan serupa yang pernah dilakukan ulama di tempat lain.
“Umat Islam madura tidak tahu, ada laporan tidak ada laporan tidak tahu,” singkat Muhamad.
Setelah laporannya diterima, selama berperkara mereka akan didampingi 8 kuasa hukum yang berasal dari tim pembela muslim ulama Jatim.
Megawati Soekarno Putri memang diketahui pernah memberikan pidato politik saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 44 partai berlambang banteng itu di Jakarta Convetion Center, Selasa (10/01) lalu.
Pelaporan yang dilayangkan pengasuh Ponpes Al Islah, Mohamad Ali Salim, tersebut diterima polisi dengan nomor laporan polisi: LPB / 1447 / XI / 2017 / UM / JATIM.
Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Frans Barung Mangera mengungkapkan soal pidato Megawati tersebut.
‘Para peramal masa depan. Mereka dengan fasih meramalkan yang akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana, yang notabene mereka sendiri belum pernah melihatnya’.
“Kalimat inilah yang menurut korban sangat menyinggung perasaan umat Islam, terlebih umat Islam di pulau Madura,” kata Frans.
(ameera/arrahmah.com)