(Arrahmah.com) – Konflik intern antar kelompok mujahidin di Suriah telah menjadi semakin rumit. Masing-masing kelompok yang terlibat konflik melemparkan tuduhan kepada lawan konfliknya. Masing-masing kelompok yang terlibat konflik mengklaim dirinya sebagai pihak yang dizalimi dan berperang sebatas membela diri.
Konflik makin pelik karena keterlibatan kelompok-kelompok agen intelijen Barat dan rezim Arab, penjahat, perampok dan munafik. Mereka melakukan pembunuhan terhadap muhajirin, memperkosa para wanita muhajirin, merampas harta mereka dan melakukan tindakan-tindakan kriminal lainnya.
Untuk menjelaskan berbagai persoalan rumit dan tuduhan yang dialamatkan sebagian pihak kepada mujahidin ISIS, seorang ulama syariat ISIS bernama panggilan Syaikh Abu Ubadah Al-Maghribi hafizhahullah pada Rabu (22/1/2014) menulis sebuah penjelasan yang memuat tiga buah surat. Surat pertama ditujukan kepada para ulama mujahidin yang berada di dalam penjara thaghut rezim Arab. Surat kedua ditujukan kepada Amir Al-Qaeda dan Amir Jabhah Nushrah. Dan surat ketiga ditujukan kepada mujahidin ISIS sendiri.
Penjelasan Syaikh Abu Ubadah Al-Maghribi tidak dirilis oleh yayasan media resmi mujahidin ISIS, Yayasan Al-I’tisham maupun Yayasan Al-Furqan. Penjelasan tersebut diunggah ke situs revolusi Suriah oleh sebagian mujahidin. Wallahu a’lam, apakah karena penjelasan tersebut merupakan pendapat pribadi beliau yang tidak mewakili kebijakan resmi mujahidin ISIS ataukah ada alasan lain. Berikut ini terjemahan dari penjelasan Syaikh Abu Ubadah Al-Maghribi tersebut.
Duhai sekiranya kaumku mengetahui
Surat dari seorang mujahid ISIS
Kepada para ulama yang jujur, para juru dakwah yang tulus dan saudara-saudaranya mujahidin serta seluruh kaum muslimin
Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Saya memuji-Nya dalam keadaan lapang maupun sempit, dalam kenikmatan maupun ujian. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahka kepada nabi kita Muhammad sebaik-baik orang yang diuji lalu ia bersabar dan disakiti lalu ia bersyukur; juga kepada seluruh sahabatnya yang suci dan para salaf yang berbuat kebajikan serta setiap orang yang meniti jejak mereka siang dan malam. Amma ba’du.
Berikut ini adalah kalimat-kalimat yang aku tuliskan untuk kalian dari bumi Syam yang diberkahi, sementara aku melihat di sekitarku saudara-saudaraku dibunuhi dan ditawan setelah berkobar perang fitnah yang beritanya terbang kemana-mana. Dan sungguh peperangan ini layak dinamakan fitnah, bukan karena hakekatnya adalah peperangan fitnah antara beberapa pihak muslim dimana sebagian pihak melakukan aniaya terhadap pihak lainnya seperti yang diyakini oleh banyak orang; hal ini hanyalah bagian sederhana dari gambaran perang ini sebagaimana yang insya Allah akan kami terangkan.
Namun ia adalah fitnah disebabkan kebenaran telah bercampur baur dengan kebatilan, sampai-sampai banyak orang yang jujur dari kalangan ulama dan penuntut ilmu tidak bisa membedakannya lagi, apalagi orang-orang awam yang hanya mengikuti setiap orang yang keras suaranya semata. Ia adalah fitnah sebab gambarannya telah berbalik, dimana para pembunuh durjana telah berubah gambarnya menjadi para mujahidin yang jujur, sementara para mujahidin yang jujur berubah gambarnya menjadi para pembangkang [pemberontak] yang keluar dari ketaatan! Ia adalah fitnah karena Allah menghendaki dengannya membersihkan barisan dan menyaringnya dari keburukan yang berada di dalam barisan tersebut sehingga kemenangan tidak turun kecuali kepada kelompok yang layak menerimanya. Ia adalah fitnah sebab Allah hendak mensucikan orang-orang shalih dari dosa-dosa dan kemaksiatan-kemaksiatan yang telah mereka lakukan sehingga mereka kembali kepada ketaatan. Ia adalah fitnah karena Allah menghendaki jama’ah yang jujur mempelajari kekeliruan-kekeliruan yang ia terjatuh ke dalamnya, sehingga sunnah kauniyah dan sunnah syar’iyah bersatu agar turun kemenangan yang nyata.
Agar kebenaran tidak hilang dalam ombak kebatilan, kebohongan dan penipuan dimana masyarakat dan orang-orang jujur tenggelam di dalamnya, saya senang menuliskan kalimat-kalimat ini dari bumi peperangan sementara saya melihat dan mendapati peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarku. Saya tidak mengira kalimat-kalimat saya ini akan merubah realita sedikit pun atau dipercaya oleh banyak manusia. Namun saya menuliskannya untuk menggugurkan kewajiban saya, agar tidak dikatakan lagi alasan “kami tidak mengetahui”! Juga sebagai peringatan dan pengajaran bagi mujahidin yang datang setelah generasi kami —sebab saya menduga saya tidak akan hidup sampai mendapati zaman tersebut karena saya melihat ganasnya peperangan— agar mereka tidak terjatuh dalam kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh saudara-saudara yang mendahului mereka.
Kalimat-kalimat ini saya sampaikan dalam bentuk surat-surat cepat karena situasinya adalah situasi yang menuntut keringkasan dan saya tidak memiliki waktu untuk berpanjang lebar, meskipun masalah ini memerlukan penjelasan panjang lebar dalam banyak halaman, seandainya kami ingin memaparkan bukti nyata atas apa yang kami katakan ini. Dengan meminta pertolongan Allah semata, saya katakan:
Surat pertama:
Kepada para ulama yang tulus dan juru dakwah yang jujur
Terutama pemimpin mereka, Syaikh Sulaiman bin Nashir Al-Ulwan, Abu Muhammad Al-Maqdisi dan Abu Qatadah Al-Filisthini semoga Allah membebaskan mereka dan meninggikan kedudukan mereka
Kami memulai surat ini kepada kalian karena kalian adalah menara-menara petunjuk yang dengan disingkap kondisi seperti fitnah-fitnah yang terjadi saat ini. Sebagaimana dikatakan oleh Hasan Al-Bashri rahimahullah: “Sesungguhnya jika fitnah itu datang niscaya diketahui oleh setiap ulama dan jika fitnah itu pergi niscaya diketahui oleh setiap orang bodoh.” Setelah bersandar kepada Allah, kemudian kami bersandar kepada kalian.
Wahai para ulama kami yang mulia…
Ketahuilah sesungguhnya diinginkan dari kalian agar kalian meyakini bahwa pembunuhan dan peperangan yang terjadi pada hari ini adalah peperangan fitnah antara kelompok-kelompok mujahidin dimana sebagian kelompok mujahidin melakukan tindakan aniaya kepada kelompok mujahidin lainnya; dan bahwasanya asal muasal dari apa yang terjadi adalah kekeliruan-kekeliruan Daulah Islam sebagai akibat dari sikap ghuluw, keras dan kengototannya. Maka kelompok-kelompok lain membalas tindakan aniaya Daulah Islam sehingga berkobarlah peperangan. Kemudian beberapa orang jahat memperalat peperangan ini untuk meniup apinya dan meraih keuntungan-keutungan di lapangan. Oleh karena itu solusinya adalah ajakan untuk menghentikan peperangan di antara kelompok-kelompok mujahidin dan ajakan kepada mahkamah indipenden serta solusi-solusi lain yang diajukan.
Itu adalah gambaran kasus yang media massa antusias untuk menampakkannya dengan menyebutkan peperangan antara Daulah Islam dan Ahrar Asy-Syam, dan sampai saat ini media massa masih terus berupaya untuk menyebutkan Jabhah Nushrah dalam perimbangan peperangan tersebut.
Padahal realitanya wahai para ulama kami yang mulia, dan kami bersumpah atas hal ini, adalah konspirasi yang disiapkan dan dikeluarkan oleh dinas-dinas intelijen Barat dan Arab, lalu dilaris maniskan oleh para ulama su’ seperti Adnan Ar’ur, Syafi Al-Ajmi dan orang-orang seperti mereka yang senantiasa berdusta atas mujahidin. Mereka disertai oleh para tentara bayaran Aliansi Paganis [Aliansi Nasional, edt] dan Dewan Nasional, dan konspirasi jahat tersebut dilaksanakan oleh milisi Shabihah FSA, gerombolan-gerombolan perampok, bos-bos narkoba, para pencuri dan setiap orang yang mati tertanduk, mati terjatuh dari ketinggian dan mati tercekik [maksudnya orang-orang jahat, edt]. Tujuannya adalah menghancurkan jihad di Syam, bukan menghancurkan Daulah Islam.
Namun mereka rela untuk fase ini dengan lawan yang paling sulit yaitu Daulah Islam. Seandainya apa yang mereka inginkan itu tercapai, semoga Allah tidak menakdirkannya, niscaya pastilah Jabhah Nushrah menjadi musuh berikutnya, kemudian setiap kelompok jihad lainnya yang jujur, sehingga kancah Syam sepenuhnya dikuasai oleh orang-orang yang menjual agamanya demi meraih dunia, dan bersama mereka adalah kelompok-kelompok “solusi jalan tengah”yang rela dengan negara sipil berbau islamis —dan barangkali mereka tidak akan mencium bau ini—, Konferensi Jenewa dilakukan untuk [mengokohkan] mereka dan problem diselesaikan dari akarnya.
Kami katakan kepada kalian wahai para ulama kami, disayangkan sekali meski kalian menolong Ikhwanul Muslimin dalam peristiwa yang terjadi di Mesir, namun cabang mereka [Ikhwanul Muslimin] di Syam turut serta dalam konspirasi ini dengan sebagian anggotanya di lapangan dan sebagian anggotanya yang berada dalam Aliansi Paganis, Dewan Nasional dan sebagian kelompok yang mereka beli dengan harta, lebih dari itu ikatan ulama mereka yang tidak memiliki peran selain mencela mujahidin!
Inilah hukum asal dari peristiwa yang terjadi. Namun hal itu disertai oleh peperangan yang terjadi antara sebagian brigade Daulah Islam, Ahrar Asy-Syam dan sebagian anggota Jabhah Islamiyah sebagai akibat dari kezaliman-kezaliman yang terjadi dari kedua belah pihak, tindakan aniaya dan kezaliman dari kedua belah pihak; dimana tidak diselesaikan dengan cara yang benar dan perkara-perkara itu semakin menumpuk sehingga akhirnya pecah perang. Pihak yang memulai peperangan adalah Jabhah Islamiyah, seperti diketahui oleh semua pihak, meskipun disana juga ada kekeliruan-kekeliruan dan tindakan-tindakan yang melampaui batas dari pihak Daulah Islam.
Inilah peperangan yang wajib dihentikan dan diusahakan untuk sebab-sebabnya diselesaikan, dilewati dan kedua belah pihak dicela atasnya. Namun demikian ia tidaklah merepresentasikan melainkan sebagian kecil saja dari realita yang terjadi, dimana sebagian besarnya adalah peperangan antara mujahidin dan milisi-milisi Shahwat. Hanyasaja media massa menggambarkan persoalan cabang ini sebagai persoalan pokok untuk kepentingan mengobarkan kancah Syam dan lebih memperburuk potret Daulah Islam serta membodohi orang-orang yang jujur sehingga mereka turut serta dalam menyembelih Daulah Islam tanpa mereka sadari. Dan sungguh disayangkan, hal itu telah terjadi!
Wahai para ulama kami yang mulia, sesungguhnya pihak yang mengumumkan peperangan terhadap kami adalah Jaisyul “Mujahidin” dan Jabhah Tsuwar Suriah!!! Dibawah pimpinan si zindiq Jamal Ma’ruf dan Ammar Al-Wawi. Tanyalah penduduk Suriah tentang mereka dan janganlah bertanya kepada kami! Tanyalah tentang hakekat mereka kepada Faishal Qasim Ad-Druzi! Si zindiq Jamal Ma’ruf ini saat Abdul Aziz Al-Qathari rahimahullah komandan Jama’ah Jundul Aqsha pergi menemuinya untuk melakukan perundingan, Jamal Ma’ruf dan para pengikutnya justru membunuhnya dengan darah dingin, kemudian ia menembaki setiap orang yang berusaha mendekat kepada jenazahnya!
Adapun komandan Liwa’ Tauhid di kawasan Al-Bab Haji, maka tanyakanlah kepada penduduk di sana tentang kejahatan-kejahatannya, perampokan dan perompakan yang ia lakukan.
Tanyakanlah kepada masyarakat tentang khamr yang diminum siang malam secara terang-terangan, dimana mereka mengatakan: “Sekarang kita meminum khamr tanpa rasa takut lagi!”
Bendera-bendera yang dipasang di atas markas-markas Daulah Islam bukanlah bendera-bendaera Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah! Namun bendera Aliansi Paganis Suriah!
Tanyakanlah kepada muhajirin dalam kelompok Jabhah Nushrah bagaimana mereka diserang, tanyakanlah kepada mereka bagaimana mereka mendengar orang-orang itu mengatakan: “Kami mendapat perintah untuk membunuhi muhajirin!”
Tanyakanlah kepada penduduk wilayah-wilayah dimana pasukan Daulah Islam ditarik mundur darinya, bagaimana pencurian dan penyerangan gerombolan-gerombolan FSA terhadap mereka?
Tanyakanlah kepada mereka tentang rumah-rumah penduduk Suriah yang diserang dan dirampas hartanya dengan dalih penghuninya mendukung Daulah Islam!
Tanyakanlah kepada mereka tentang anak-anak yang mereka tangkap karena anak-anak tersebut belajar di ma’had-ma’had syar’i milik Daulah Islam!
Tanyakanlah kepada penduduk Homs dan kelompok-kelompok jihad yang tulus tentang sejumlah besar persenjataan yang tiba-tiba muncul sementara para pemegang senjata tersebut masih saja mengklaim kekurangan senjata. Dimanakah gerangan senjata-senjata itu sebelumnya dan kenapa ia disembunyikan?
Seandainya saja kalian melihat foto-foto para komandan milisi Shahwat bersama para perwira Amerika yang kini telah tersebar luas dan mereka tidak lagi mampu menyembunyikannya!
Jika kalian tidak ridha dengan kesaksian kami, maka bertanyalah kepada Faishal Qasim Ad-Druzi, Abdul Bari Athwah dan para analis lainnya dimana mereka semua sepakat menegaskan adanya konspirasi Barat yang bertujuan menghabisi para mujahidin yang jujur, agar setelah itu mereka bisa menyelesaikan perkara sekehendak hati mereka dalam Konferensi Jenewa. Sungguh aneh, sebagian orang masih saja menganggap ini adalah peperangan fitnah antara kelompok-kelompok Islam, dimana pihak yang membunuh dan pihak yang dibunuh sama-sama masuk neraka!
Setiap analis telah mengetahui bahwa sebab dari pecahnya perang milisi-milisi Shahwat pada waktu ini adalah kerasnya peperangan yang diterima orang-orang Rafidhah dari saudara-saudara kita mujahidin Daulah Islam dan bersatunya suku-suku bersama mereka, sehingga orang-orang Rafidhah takut bintang Daulah akan lebih meninggi, maka mereka tergesa-gesa melakukan peperangan melawan Daulah Islam di Suriah!
Wahai para ulama kami yang mulia, seandainya kalian melihat senyuman-senyuman dan karamah-karamah para syuhada’ kami dalam peperangan yang terjadi saat ini, tentulah kalian akan memastikan bahwa ini bukanlah perang fitnah, namun ia secara keseluruhan dan hakekatnya adalah peperangan baru melawan orang-orang murtad! Dan bahwasanya para syuhada’ kami merupakan sebaik-baik syuhada’, meskipun kami juga mengakui wajibnya menghentikan peperangan yang lain [melawan kelompok-kelompok jihad lainnya, edt], meskipun ia bukanlah pokok permasalahannya.
Wahai para ulama kami, sesungguhnya para penjahat begitu gembira dengan serangan tahap pertama mereka karena mereka membunuh lebih dari 444 mujahid. Mereka mengira bahwa persoalannya akan tenang. Maka mereka tergesa-gesa menunjukkan planning mereka, dimana mereka menampakkan permusuhan dan membalikkan perisai terhadap Jabhah Nushrah; mereka menegaskan di stasiun-stasiun TV bahwa Jabhah Nushrah harus melepaskan pemikiran-pengkafiran dan melepaskan ikatan dengan Al-Qaeda dan Syaikh Az-Zhawahiri, jika tidak niscaya Jabhah Nushrah akan menemui nasib yang sama dengan Daulah Islam!
Bahkan si zindiq Luay Miqdad juru bicara FSA menegaskan bahwa “Kami tidak akan membiarkan kancah Suriah bagi para tentara bayaran Az-Zhawahiri!”
Adapun Jabhah Islamiyah, maka mayoritas tentaranya adalah orang-orang yang jujur. Sebagian tentaranya bahkan memisahkan diri dari jama’ah-jama’ahnya dan bergabung dengan Daulah Islam saat mereka melihat pengkhianatan komandan-komandan mereka. Sebagian mereka tidak melibatkan diri dalam perang fitnah. Sebagian lainnya terlibat dalam perang fitnah ini karena melakukan ta’wil. Dan sebagian lainnya terlibat bersama para penjahat yang murtad dalam membunuhi mujahidin, dan alangkah banyaknya Shabihah (milisi pro rezim) dalam kelompok-kelompok tersebut.
Adapun para komandan Jabhah Islamiyah dimana Qunaibi —semoga Allah memberinya petunjuk— masih saja berbaik sangka kepada mereka dan ia meniupi (menyemangati) mereka bahkan untuk kepentingan Jabhah Nushrah —kami mengira ia lengah tentang hakekat mereka— dan dimana sebagian juru dakwah dan ulama masih berbaik sangka kepada mereka hanya karena dalam Piagam Jabhah Islamiyah mereka menegaskan untuk menerapkan syariat Islam. Para juru dakwah itu lupa bahwasanya Burhanuddin Rabbani dan Abdu Rabbi Rasul Sayaf dahulu juga telah berjanji bersama Qalbuddin Hikmatyar di bawah naungan Ka’bah untuk menerapkan Syari’at, kemudian kenyataannya tidak seperti yang mereka janjikan!
Bertanyalah wahai ulama-ulama kami tentang komandan militer Jabhah Islamiyah, Zahran ‘Alusy, dimana orang yang dekat maupun jauh mengetahui ia memiliki kaitan dengan dinas intelijen Arab Saudi —sebuah perkara yang ia sendiri tidak mengingkarinya atau berusaha untuk berlepas diri dari tuduhan ini—, dialah komandan yang jenius dan terkenal karena menarik mundur pasukannya yang besar, sehingga menjadi bahan tertawaan penduduk Suriah sendiri. Adapun muftinya, “Al-Ka’ki” secara terang-terangan menyatakan bahwa Syaikh Al-Maqdisi dan Syaikh Al-Ulwan merupakan bagian dari Khawariji kontemporer!
Adapun Hasan Abud, komandan Harakah Ahrar Asy-Syam, biarlah hari-hari yang akan membuktikan apakah ia orang jujur atau pendusta. Namun hendaklah Anda-Anda mengetahui bahwa ia telah berkunjung ke Qatar sebanyak dua kali, dan ia bebas bergerak dan berkeliaran di Turki. Meskipun orang yang mengetahui hakekat dirinya mengetahui bukti-bukti penyerta yang menuntut untuk setidaknya tawaqquf (meragukan) terhadap dirinya!
Sesungguhnya program Jabhah Islamiyah sebenarnya adalah program dinas intelijen Arab Saudi, dan hal itu merupakan perkara yang tidak samar bagi orang yang mengikuti perkembangan peristiwa di Suriah. Sebagian orang masuk ke dalam Jabhah Islamiyah sementara ia mengetahui hakekatnya, dan sebagian orang lainnya masuk ke dalam Jabhah Islamiyah dengan niat yang baik namun mereka lalai, saat mereka kekurangan dana lalu mereka mengira bahwa masuk ke dalam Jabhah Islamiyah merupakan bagian dari pertemuan beberapa kepentingan. Memang pertemuan beberapa kepentingan, namun untuk memerangi Daulah Islam!
Namun, wahai para ulama kami, nampaknya sebagian orang belum akan sadar sampai para komandan Jabhah Islamiyah secara terang-terangan mengatakan “Ya, kami adalah agen-agen rezim Arab Saudi dan kami memperalat kalian tanpa kalian sadari”.
Sebagian orang, wahai para ulama kami, mengedepankan persangkaan yang baik terhadap semua kelompok bahkan kepada FSA. Kecuali kepada Daulah Islam, dimana mereka mengedepankan persangkaan yang buruk!
Sebagian orang, wahai para ulama kami, dikuasai oleh klep kekeliruan-kekeliruan Daulah Islam dan kezaliman-kezalimannya, namun melupakan konspirasi-konspirasi musuh dan orang-orang munafik!
Apakah Anda, wahai para ulama kami, rela dengan perkataan Abu Bashir At-Thartusi semoga Allah memberinya petunjuk bahwa “Daulah Islam Irak dan Syam adalah tandzim yang samar dan tidak jelas, tindakan aniayanya wajib dibalas tanpa perselisihan lagi!”
Padahal semua orang mengetahui bahwa At-Thartusi tinggal di Syam selama beberapa bulan dan ia menjadi sebab bagi terjadinya beberapa fitnah, kemudian ia bergabung dengan FSA dan tidak tertarik untuk bergabung dengan kelompok Islam manapun di kancah Syam, kemudian ia kembali ke London untuk melihat jihad Syam dan kekeliruan-kekeliruannya!
Barangkali banyak orang akan mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi saat ini asal mulanya adalah kekeliruan-kekeliruan Daulah Islam dan kebijakannya yang ngotot dalam memaksakan sebagian pendapatnya, sikap ghuluw sebagain anggotanya dan ketidak ridhaannya untuk bertahkim kepada mahkamah-mahkamah syariah indipenden, dan tuduhan-tuduhan lainnya yang telah menjadi pembicaraan para juru dakwah dan pemberi nasehat. Sampai-sampai orang-orang awam mengetahui kezaliman-kezaliman “ISIS” namun tidak mengetahui konspirasi-konspirasi musuh dan pengkhianatan orang-orang munafik.
Jawabannya adalah: kami memang mengakui ada kekeliruan-kekeliruan, namun taruhlah Daulah Islam tidak ada di kancah Syam, bukankah kekeliruan-kekeliruan itu juga akan terjadi —seperti dituduhkan banyak orang kepada Daulah— dan kekeliruan-kekeliruan tersebut akan dituduhkan kepada Jabhah Nushrah, lalu konspirasi-konspirasi yang sama juga akan terjadi!!!
Seandainya ada jihad yang tanpa kekeliruan-kekeliruan —dan itu secara praktek tidak mungkin ada— apakah musuh-musuh Allah tidak mampu untuk melaksanakan sebagian sandiwara untuk melancarkan konspirasi yang sama!!!
Kapan mereka memahami bahwa ini adalah konspirasi terhadap jihad, bukan konspirasi terhadap Daulah!!!
Adapun kekeliruan-kekeliruan yang telah dilakukan oleh Daulah, maka media massa telah memperalatnya untuk ditampilkan sebagai bahan tertawaan orang-orang yang jujur, guna mencampakkan mereka pada sikap netral dengan dalih apa yang terjadi adalah perang fitnah. Dan inilah yang benar-benar telah terjadi.
Kami telah berusaha mengucilkan diri dari peperangan ini semampu kami dan kami telah memberi tenggang waktu demi tenggang waktu, dan kami telah mengingatkan kelompok-kelompok lain bahkan kelompok bukan Islam bahwasanya kami tidak bertujuan untuk memerangi kalian. Namun tidak ada yang memenuhi seruan kami, bukan karena mereka ingin meraih hak-hak mereka yang kami zalimi, melainkan karena mereka adalah para pembunuh bayaran dan hal ini telah terbukti secara yakin.
Ya, memang selama peperangan ini terjadi kekeliruan-kekeliruan dan serangan terhadap target-target yang tidak selayaknya menjadi target serangan, namun hal itu sedikit saja dan terbatas, segala puji bagi Allah Ta’ala.
Nampaknya, wahai para ulama kami, orang-orang yang menyampaikan berita-berita kepada kalian tidak sepenuhnya netral yang bisa mendorong mereka untuk menyampaikan kepada kalian berita tentang kebaikan-kebaikan kami, jihad kami dan kepahlawanan-kepahlawanan kami dalam banyak tempat; sebagaimana mereka menyampaikan kepada kalian berita-berita tentang kekeliruan-kekeliruan kami dan kengototan kami dalam tempat-tempat yang lain!
Memang benar dalam barisan Daulah Islam terdapat beberapa tentara yang bersikap ghuluw, bahkan boleh jadi hal itu juga terdapat pada sebagian ulama syariat Daulah Islam, namun sikap ghuluw itu bukanlah kebijakan Daulah, manhaj Daulah dan akidah Daulah, dan pendapat-pendapat yang ghuluw tersebut bukanlah hal yang mengerakkan Daulah atau mendominasi keputusan-keputusan Daulah, segala puji bagi Allah.
Kemudian, bukankah Khawrij yang memberontak terhadap Utsman bin Affan dan membunuhnya, mereka itu berada dalam barisan tentara Ali bin Abi Thalib, dan dengan mereka Ali memerangi Zubair, Thalhah, dan Aisyah dalam perang Jamal, kemudian dengan mereka Ali memerangi Mu’awiyah dalam perang Shiffin…meski demikian Ali adalah kelompok yang lebih dekat kepada kebenaran dibandingkan kelompok yang ia perangi?
Memang, barangkalai akan ada orang yang mengatakan bahwa Syaikh Al-Adnani hafizhahullah telah berkata kasar terhadap Ikhwanul Muslimin melebihi kalimat yang layak mereka terima, sehingga perkataan beliau mengesankan adanya konskuensi-konskuensi batil —yang tentu saja beliau tidak meyakini konskuensi-konskuensi tersebut— dan kami juga lebih sennag jika beliau lebih berhati-hati dalam berbicara. Namun tidakkah kalian mendapatkan sebagian udzur untuk kami sedangkan kami mendapatkan mereka mengulang pengalaman Al-Hizb Al-Islami (partai Ikhwanul Muslimin Irak, edt) di Irak, dimana mereka kini berdiri dalam barisan milisi-milisi Shahwat melawan kami!
Memang telah terjadi perselisihan antara kami dan saudara-saudara kami dalam kelompok Jabhah Nushrah, dan kami percaya sepenuhnya wahai para ulama kami bahwasanya hakekat dari peristiwa yang terjadi belum sampai kepada kalian!
Janganlah kalian khawatir terhadap persoalan pengumuman Bai’at Khilafah dan sejenisnya, karena hal itu bukanlah perkara yang diyakini oleh Daulah Islam, meskipun barangkali sebagian pengikut dan pendukung kami mengatakan pendapat itu dari diri mereka sendiri. Namun para ulama syariat kami mengetahui bahwasanya saat ini adalah Bai’at Imarah, bukan Bai’at Khilafah, meskipun kami memohon kepada Allah agar imarah ini menjadi bibit bagi khilafah yang akan datang, dengan izin Allah.
Wahai para ulama kami, percayalah bahwa tentara-tentara Daulah Islam dan para pemimpinnya tidaklah kami menganggap mereka melainkan orang-orang yang tulus di atas akidah Ahlus Sunnah wal jama’ah, mereka bukanlah Khawarij dan bukan pula orang-orang yang melampaui batas. Mereka tidaklah membaiat Amir Al-Baghdadi hafizhahullah dan tidak pula bergabung dengan Daulah Islam karena faktor fanatisme dan kelompok, namun karena mereka melihat Daulah Islam sebagai kelompok yang paling mampu menegakkan kebenaran, kemudian karena Daulah Islam adalah kelompok yang telah matang oleh asam garam situasi, ujian dan cobaan, telah teruji kejujurannya, bagus sumber asalnya, bagus pula keteguhan dan perjuangannya, beserta adanya kekeliruan-kekeliruan yang kita mengetahuinya, baik kita bersepakat atasnya maupun berbeda pendapat tentangnya.
Wahai para ulama kami, percayalah bahwa kami menganggap kalian dan para pemimpin jihad lainnya di seluruh dunia seperti Syaikh Az-Zhawahiri, Syaikh Abu Bashir Al-Wuhaisyi [Amir AQAP, edt] dan Syaikh Abdul Wadud [Amir AQIM, edt] hafizhahumullah sebagai jaminan bagi keselamatan jalan dan kebenaran manhaj. Seandainya terbukti bagi kami bahwa jalan saudara-saudara kami dalam Daulah Islam melenceng —semoga Allah tidak menakdirkannya— dari jalan yang lurus, dan hal itu belum kami lihat sampai sini, niscaya kami tidak akan bertahan bersama mereka walau sekejap mata, sebab kami bergerak mengikuti pergerakan kebenaran, bukan mengikuti pergerakan tokoh-tokoh. Meskipun disana ada beberapa ijtihad dan rincian yang kami meyakini bahwa orang yang berada dalam realita akan lebih mengetahuinya daripada orang yang tidak hadir dalam realita tersebut.
Adapun engkau akh Iyad Qunaibi —semoga Allah mengampunimu—, wahai orang yang mensifati kami dengan mengatakan “merupakan sebuah kezaliman meminggirkan usaha-usaha saudara-saudara kita di Irak [kelompok Al-Hizb Al-Islami, edt] dengan menyatakan mereka telah menghancurkan jihad di Irak !!!”, duhai alangkah obyektifnya perkataanmu sehingga layak dipuji!!!
Kami menganggap sikap netralmu akan menuntunmu kepada selain kesimpulan yang engkau sampai kepadanya setidaknya dalam masalah fitnah ini, namun nampaknya komunikasi yang terus berlanjut antara dirimu dengan Hasan Abud [Amir Harakah Ahrar Asy-Syam, edt] tidak mengizinkanmu untuk hal itu!
Nampaknya engkau belum mengetahui secara rinci jihad Afghan yang pertama, dan engkau juga belum mengetahui secara rinci jihad Irak, sampai engkau mengambil sikap yang sama dengan sikap Syaikh Hamid Al-Ali —semoga Allah mengampuninya— pada waktu itu ketiba ia berdiri bersama [mendukung] Jaisy Islami dan kelompok-kelompok lainnya [milisi bayaran Amerika yang memerangi mujahidin, edt] yang melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Jabhah Islamiyah pada hari ini. Lantas dimanakah Jaisy Islami dan para pemimpinnya pada hari ini? Dimanakah Ibrahim Asy-Syamri dan Abul ‘Abd?!
Kami mengira sikap netralmu akan membuatmu memuji jihad saudara-saudara kita di Irak dan operasi-operasi tepat mereka yang membuat marah orang kafir dan orang munafik, atau engkau menolong kami dari [ulama su’] Ar’ur dan Syafi Al-Ajmi. Namun nampaknya semua hal itu tidak penting, dan bukan skala prioritasmu, selain kekeliruan-kekeliruan Daulah!!! Ataukah karena Hasan Abud memuji Syafi Al-‘Ajmi sehingga engkau tidak bisa mencelanya?!
Kami tidak bertanggung jawab atas “anak-anak” di internet atau orang-orang tidak dikenal [pendukung fanatik Daulah Islam, edt] yang mencaci makimu, atau bahkan sebagian pendukung kami yang bersikap kasar kepadamu hingga kami harus menanggung dosa mereka!
Apapun keadaannya, kami tidak lagi menunggu pertolonganmu, namun kami berharp jika fitnah ini telah berakhir, persoalan menjadi jelas bagimu dan hakekat-hakekat telah gamblang bagimu, maka engkau akan mendoakan saudara-saudaramu muhajirin yang tidak mendapatkan darimu sikap pembelaan ketika mereka diserang dan dizalimi —sebagaimana engkau menolong mereka dengan memberikan nasehat tatkala engkau melihat mereka berbuat zalim dan melakukan kekeliruan, yang boleh jadi nasehatmu itu benar dan kami tidak mengingkarinya— dikarenakan mereka pada saat itu telah dikubur sebagai syuhada’.
Surat kedua:
Kepada pemimpin mujahidin di seluruh wilayah, khususnya Syaikh yang bijaksana Doktor Aiman Az-Zhawahiri hafizhahullah
Demi Allah, wahai syaikh kami, betapa menyakitkan kami perselisihan yang terjadi di antara kami dan Anda, kita memohon kepada Allah semoga mengampuni para pemimpin jihad dalam ta’wil yang mereka lakukan dengan tujuan menolong Islam dan kaum muslimin.
Percayalah, wahai syaikh kami, bahwasanya kedudukan Anda di sisi kami adalah kedudukan Anda sebelumnya. Anda adalah bapak, murabbi [pendidik], orang yang bijaksana, guru dan pemimpin yang cemerlang. Bagaimana tidak, sedangkan Anda telah diridhai oleh Imam Mujaddi [Usamah bin Ladin] rahimahullah untuk menemaninya dan Anda adalah sebaik-baik pembantu bagi sebaik-baik pemimpin.
Biarkanlah hal-hal bodoh yang terkadang diucapkan oleh sebagian orang yang ghuluw dan orang-orag yang tidak dikenal [di internet, edt] dimana tidak ada satu barisan pun yang bersih dari orang-orang seperti mereka. Sebab Anda adalah orang yang paling banyak mengerti tentang kami dan kedudukan Anda di sisi kami.
Surat saya kepada Anda, wahai syaikh kami, adalah surat yang sama dengan surat saya di atas…Kami percaya bahwa Anda karena kejujuran, kebersihan dan panjangnya pengalaman Anda akan bisa bersikap adil terhadap saudara-saudara Anda, bukan karena untuk menolong mereka —dan mereka dengan izin Allah berhak Anda tolong— namun karena untuk menjaga jihad di syam.
Dan pesan yang satu ini saya sampaikan kepada saudara saya, Abu Muhammad Al-Jaulani —semoga Allah mengampuninya dan memberinya petunjuk…wahai saudara yang mulia
Taruhlah mayoritas peperangan yang terjadi saat ini adalah perang fitnah, namun bukankah engkau melihat apa yang timbul dari peperangan orang-orang murtad yang bertujuan menghancurkan jihad?
Tidakkah engkau mendengar mereka menyerang sebagian markasmu dan sebagian tentaramu hanya karena mereka adalah muhajirin?
Tidakkah engkau melihat senjata-senjata yang dikeluarkan, dimana sebelumnya senjata-senjata itu belum pernah keluar kecuali untuk memerangi Daulah Islam?
Tidakkah engkau mendengar ucapan-ucapan kebencian yang sangat keluar dari mulut-mulur mereka, sedangkan mereka mengancam akan menghancurkan kalian [Jabhah Nushrah] setelah mereka selesai menghancurkan “ISIS”?
Tidakkah engkau mendengar tukang panggil mereka, si zindiq Luay Miqdad mengancam orang-orang yang ia namakan “tentara bayaran Az-Zhawahiri”?
Wahai saudaraku, engkau berhak mengingkari dan berlepas diri dari peperangan fitnah yang terjadi, dimana kami sebenarnya juga tidak menyukainya, bahkan engkau berhak boleh mengkritik kebijakan Daulah jika engkau mau dan engkau menganggap hal itu tidak merugikanmu dalam agama Allah. Namun konskuensi sikap adil dan ukhuwah iman adalah engkau menolong kami dalam menghadapi anjing-anjing Aliansi Paganis dan Shabihah FSA yang mencaci maki Allah dan agamanya!
Janganlah engkau mengira bahwa dukungan masyarakat akan banyak berguna dalam masalah ini. Di hadapanmu ada pengalaman Ikhwanul Muslimin di Mesir dan mereka adalah guru-guru “usaha mendekat kepada dukungan masyarakat”, bahkan mereka meninggalkan penerapan syariat demi menjaga dukungan masyarakat yang mereka sangka tersebut. Namun tatkala militer melakukan kudeta terhadap mereka, kini dukungan masyarakat itu tidak memberi mereka manfaat sedikit pun, dimana banyak orang di antara masyarakat kini memusuhi mereka.
Kami tidak meminta bantuan dan pertolongan dari siapa pun, namun kami ingin sikap pertolongan darimu —walau lewat media massa— minimal dalam menghadapi Aliansi Paganis, semoga hal itu bisa menyatukan hati dan barisan kembali!
Kami masih menunggu-nunggu sikap itu —yang telah lebih dahulu dilakukan oleh sebagian tentaramu— sebab kami masih berbaik sangka kepada dirimu…semoga hal itu segera terjadi.
Surat terakhir:
Surat kepada kalian wahai para mahkota, salep pengobat luka dan sumber kemuliaan
Wahai para putra Usamah, tentara Abu Mush’ab Az-Zarqawi dan Abu Umar Al-Baghdadi, serta penyejuk hati panglima yang kembali menyerang Abu Bakar Al-Baghdadi…
Wahai para tentara, pendukung dan pecinta Daulah Islam…
Saya berbicara kepada kalian dari hati yang sekali-kali aku tidak akan menutupinya dengan aksesoris, maka terimalah ucapanku ini dari seorang pemberi nasehat yang mengkhawatirkan nasib kalian…maka saya katakan:
Wajib bagi kita untuk mengetahui, wahai saudara-saudaraku, bahwa ujian yang menimpa kita hari ini adalah akibat dari perbuatan kita sendiri. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian). (QS. Asy-Syura [42]: 30)
Allah Ta’ala berfirman kepada orang-orang yang beriman seusai perang Uhud:
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ
Dan mengapa ketika kalian ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kalian berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari kesalahan diri kalian sendiri.” (QS. Ali Imran [3]: 165)
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآَخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kalian lemah dan berselisih dalam urusan itu [harta rampasan perang] dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai [harta rampasan perang]. di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka [Maksudnya: kaum muslimin tidak berhasil mengalahkan mereka] untuk menguji kalian, dan sesunguhnya Allah telah memaafkan kalian. dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman. (QS. Ali Imran [3]: 152)
Maka kita harus meyakini, wahai saudara-saudaraku, bahwasanya ujian yang menimpa kita dan orang-orang rendahan menyerang kita, penyebab langsungnya adalah maksiat-maksiat yang kita kerjakan, kezaliman-kezaliman yang dilakukan oleh tentara-tentara kita —baik di antara sesama kita sendiri maupun antara kita dengan manusia—, hak-hak yang kita tidak segera mengembalikannya kepada pemiliknya dengan dalih ta’wil dan lainnya, dan sikap tergesa-gesa dalam sebagian keadaan untuk menerapkan vonis-vonis hukum kepada manusia hanya karena dugaan atau salah sangkaan, dan adanya kotornya dalam barisan-barisan kita baik berupa orang-orang yang ghuluw atau selainnya.
Maka ujian ini harus turun kepada kita sehingga kita bertaubat dan kembali kepada kebenaran. Maka kewajiban pertama kita adalah mengembalikan hak kepada pemiliknya dan meminta maaf atas kezaliman yang kita lakukan, serta memohon maaf dan ampunan kepada Allah. Pada saat itu telah dilakukan, maka bergembiralah kalian dan berharaplah akan datangnya pertolongan Allah.
Kemudian kalian, wahai saudara-saudaraku, haruslah membedakan antara dua jenis peperangan.
Perang fitnah yaitu perang yang terjadi antara kita dengan kaum muslimin dalam kelompok Harakah Ahrar Asy-Syam atau kaum muslimin dalam kelompok lainnya akibat dari kezaliman-kezaliman dari kedua belah pihak yang belum diselesaikan. Kita tidak boleh memulai peperangan jenis ini, bahkan kita wajib berusaha untuk menghentikannya dan menyelesaikan penyebab-penyebabnya. Namun orang yang diserang berhak untuk mempertahankan dirinya dari orang yang menyerangnya saja.
Tidak boleh bagi siapapun [tentara Daulah Islam, edt] untuk mengucapkan vonis kafir dan sejenisnya kepada Harakah Ahrar Asy-Syam atau harakah atau jama’ah apapun yang terbukti bahwa latar belakang ia memerangi Daulah adalah klaim kezaliman-kezaliman yang terjadi dari kedua belah pihak. Barangsiapa mengkafirkan mereka hanya karena mereka memerangi kita maka ia lebih dekat kepada pendapat Khawarij yang kita menjauhinya dan menjauhi pendapatnya. Saudara-saudara kita para ulama syariat Daulah Islam dan tentara-tentaranya berpendapat bahwa kelompok-kelompok ini adalah orang-orang Islam, keharaman darahnya tetap terjaga selama mereka tidak menampakkan perbuatan yang membatalkan keislaman mereka, yang terbukti secara yakin bagi kita. Mereka hanya membalas orang yang menyerang saja dan wajib bagi kita berusaha untuk menghentikan sebab-sebab peperangan ini.
Oleh karena itu kita tidak boleh memulai serangan terhadap markas-markas mereka dengan peledakan dan lain-lain, dan kita berlepas diri dari tindakan ini, kecuali jika telah terbukti bahwa orang-orang yang berada di dalam markas tersebut adalah agen-agen atau orang-orang murtad, dan hal ini memerlukan penelitian yang cemrat dan pembuktian. Maka janganlah kalian bermudah-mudah dalam masalah darah yang dilindungi oleh syariat.
Hal yang sama dengan hal itu adalah melepaskan vonis-vonis secara umum kepada FSA. Tidak boleh mengkafirkan mereka semua hanya lantaran mereka bergabung dalam FSA. Kolonel Riyadh Al-As’ad itu berasal dari FSA namun kita semua mengetahui ia bersikap adil dan obyektif. Betapa banyak anggota FSA yang lebih baik dari anggota kelompok-kelompok Islam. Adapula di sana beberapa kelompok yang secara nama bergabung dengan FSA, namun mereka memiliki sikap-sikap yang baik terhadap mujahidin. Maka tidak boleh mengaitkan vonis kafir atas dasar penamaan-penamaan seperti ini, seperti memvonis secara keseluruhan bahwa FSA itu murtad dan barangsiapa bergabung dengan FSA maka mereka semua telah murtad. Ini merupakan sikap ghuluw yang dilarang agama, dan mengucapkan vonis hirabah [pembuat kerusakan, perampok, perompak, edt] dan murtad kepada kelompok apapun itu memerlukan penelitian yang cermat dan perincian.
Lebih ghuluw dan melampaui batas lagi adalah memvonis terhadap saudara-saudara kita dalam Jabhah Nushrah atau kelompok-kelompok Islam lainnya yang belum jelas bagi mereka kebenaran dalam masalah ini atau bercampur baur dalam pemahaman mereka antara perang fitnah dan perang melawan orang-orang murtad dan milisi-milisi Shahwat, sehingga mereka memilih mengasingkan diri dari peperangan ini. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu tidak mencela para sahabat yang mengasingkan diri dari perang [Jamal maupun Shiffin, edt] padahal beliau adalah khalifah yang sah secara syariat menurut kesepakatan mayoritas Ahlul Halli wal Aqdi. Sementara orang-orang yang jujur dalam kelompok Jabhah Nushrah dan kelompok-kelompok Islam lainnya telah menolong kita, segala puji bagi Allah.
Adapun orang-orang yang memerangi kita, maka belum tentu mereka semua murtad masing-masing individunya, namun di antara mereka ada orang murtad lagi pengkhianat, di antara mereka ada pelaku dosa besar yang mengikuti hawa nafsu, di antara mereka ada orang yang bodoh dan di antara mereka adapula orang yang melakukan ta’wil, meskipun pintu ta’wil itu semakin menyempit setiap harinya bersamaan dengan terang-benderangnya program kemurtadan. Namun jika mereka semua berkumpul di bawah satu bendera, maka mereka semua diperangi sebagai sebuah kesatuan, kemudian mereka akan dibangkitkan Allah menurut niat masing-masing dan syariat tidak membebani kita untuk memilah-milah mereka.
Sedangkan jika mereka terpisah-pisah [antara orang murtad, pelaku dosa besar, orang bodoh dan orang yang melakukan ta’wil, edt] lalu sebagian kelompok Islam memerangi kita maka peperangan melawan mereka bukanlah perang melawan orang-orang murtad. Barangsiapa mengatakan peperangan tersebut adalah perang melawan orang-orang murtad maka ia telah mengikuti pendapat Khawarij. Itu adalah perang menolak orang yang menyerang, bukan peperangan lainnya, sehingga serangan orang yang menyerang tersebut harus ditolak dengan cara yang paling ringan kemudian dengan cara yang lebih ringan.
Memerangi Daulah Islam bukanlah amalan yang menyebabkan kekafiran dan bukan pula salah satu pembatal keimanan menurut kesepakatan ulama. Bahkan peperangan seperti ini kita tidak berusaha untuknya, wajib dijauhi dan wajib dihilangkan penyebab-penyebabnya. Namun apabila mereka menyerang kita, maka kita akan melawan serangan mereka sebatas untuk membela nyawa kita semata.
Adapun menyebutkan lafal “milisi-milisi Shahwat” secara menyeluruh, maka hendaklah kalian mengetahui bahwa lafal ini bukanlah lafal syar’i yang dibangun di atasnya hukum syar’i. Justru ia adalah lafal yang diadakan-adakan [lafal baru], dan hukum asalnya adalah tidak boleh menyebutkan lafal tersebut secara umum, sebab telah terpatri dalam benak bahwa milisi-milisi Shahwat itu berkaitan erat dengan sikap loyalitas kepada orang-orang kafir dan hal itu merupakan kemurtadan.
Maka tidak boleh memvonis saudara-saudara kita dalam kelompok Ahrar Asy-Syam sebagai milisi-milisi Shahwat, atau bahkan sampai menjatuhkan vonis tersebut kepada tentara-tentara Jabhah Islamiyah secara menyeluruh. Ini merupakan kezaliman dan kekeliruan yang kita wajib lari menjauh darinya. Janganlah kalian mengira bahwasanya Syaikh Al-Adnani hafizhahullah memaksudkan kelompok-kelompok Islam tersebut pada saat beliau mensifati milisi-milisi Shahwat, sehingga darinya dibangun vonis pengkafiran terhadap mereka, itu adalah sikap ghuluw yang Syaikh Al-Adnani melarang kita darinya.
Ketahuilah wahai saudara-saudaraku bahwasanya kalian pada hari-hari ini akan mendapatkan pendapat-pendapat dari nama-nama yang tidak dikenal, yang mengklaim menolong Daulah Islam, namun mereka mencela Jabhah Nushrah dan memvonisnya kafir dengan alasan Jabhah Nushrah tidak menolong Daulah Islam [dalam menghadapi kelompok jihad lainnya]. Hal yang senada dengannya adalah mengkafirkan seluruh kelompok jihad lainnya di kancah Syam secara menyeluruh. Pendapat seperti itu adalah pendapat yang batil, bertujuan untuk memprovokasi kalian agar menyerang saudara-saudara kalian, mengkafirkan mereka dan lain sebagainya. Maka jauhilah oleh kalian sikap ghuluw! Jauhilah oleh kalian sikap ghuluw, meskipun pendapat [fatwa-fatwa, edt] tersebut berasal dari nama-nama yang telah dikenal yang sebelumnya telah menolong kita.
Janganlah kalian mengira bahwa setiap orang yang menasehati kita dan menyelisihi kita adalah musuh kita atau lawan kita. Justru terkadang orang yang menasehati kita itu lebih menyayangi kita dari kebanyakan orang yang mendukung kita, sebagaimana dikatakan oleh Amir yang adil Abu Umar Al-Baghdadi rahimahullah.
Janganlah kalian mengira bahwa setiap orang yang mendukung kita dan membela kekeliruan-kekeliruan yang kita lakukan adalah orang yang benar. Kita memiliki kekeliruan-kekeliruan, dan itu hal yang pasti, dalam realita dan dalam kebijakan-kebijakan kita. Kebenaran itu tidak terbatas pada kelompok kita saja. Maka hendaklah kalian menjauh sejauh-jauhnya dari setiap penulis, atau artikel, atau pendukung yang kalian dapati bersegera mencela para ulama yang kita menduga adalah para ulama yang jujur —dan alangkah sedikitnya jumlah mereka— seperti Syaikh Al-Ulwan, Syaikh Al-Maqdisi danAbu Qatadah, meskipun sebagian mereka berbeda pendapat dengan kita dan kita berbeda pendapat dengan mereka dalam beberapa masalah.
Terakhir saya katakan kepada kalian…
Ini adalah takdir Allah kepada kalian, kalian menghadapi konspirasi internasional ini. Jika kaian para pejuang dimedan perang, maka terjunilah ujian ini! Atau jika kalian adalah orang-orang yang takut dengan musibah-musibah, maka biarkanlah perang ini disandang oleh para ksatrianya!
Ya, ini adalah takdir Allah kepada kalian, agar tentara-tentara kekafiran, kemurtadan, antek dan pengkhianatan membentur batu karang Daulah Islam; para tentara yang mengerahkan pasukan berkendaraan dan pasukan pejalan kakinya untuk membuat serangan surprise terhadap kalian. Mereka mengira pada diri kalian ada kelemahan dan kepengecutan. Namun bagaimaa mungkin mereka akan mampu melakukannya sedangkan kalian telah bersumpah setia untuk berperang sampai mati, sehingga Allah memenangkan agama ini atau kita binasa karenanya!!!
Mereka menyangka lengan-lengan kalian akan melemah oleh sikap penelantaran orang-orang yang tidak menolong kalian, sikap diam orang-orang yang dianm, dan penggembosan oleh para penggembos semangat yang berburuk sangka kepada Allah. Mereka tidak tahu jika kalian adalah Thaifah Manshurah pada zaman ini, dengan izin Allah.
Dahulu syaikh kita Abu Umar Al-Baghadi dan mentrinya Abu Hamzah Al-Muhajir rahimahumallah telah menghadapi persekutuan pasukan murtad di Irak sampai akhirnya mereka menyerahkan estafet bendera kepada kita, setelah mereka berhasil mematahkan gelombang kemurtadan dan mengajarkan kepada pasukan murtad tersebut pelajaran yang tidak mungkin bisa dilupakan di Irak, dengan izin Allah.
Mereka telah menyerahkan estafet bendera kepada kita, maka perlihatkanlah kepada Allah kebaikan dari diri kalian, bangkitlah dan berjuanglah sampai kalian mati di atas jalan yang kedua syaikh kita itu gugur. Janganlah perjalanan waktu akan menceritakan bahwa kita adalah generasi yang menyia-nyiakan buah kesabaran para ksatria tersebut dan jihad mereka.
Ya, memang, peperangan akan panjang dan ujian akan keras, namun dengan daya upaya Allah, pertolongan-Nya dan bantuan-Na kita akan mampu bertahan dengan tegar selama sepuluh tahun lagi. Pada saat itulah kemenangan akan lebih murni dan lebih bersih serta dengan izin Allah akan menjadi awal dari Khilafah Rasyidah.
Bersikap lemah lembutlah terhadap seluruh kelompok jihad lainnya yang melakukan ta’wil, jauhilah sikap memerangi mereka semampu kalian, kembalikanlah hak-hak mereka yang kalian rampas sebagaimana telah kita pelajari dari syaikh kita Abu Umar Al-Baghdadi rahimahullah semasa perang Irak.
Adapun orang-orang murtad dari kalangan milisi-milisi Shahwat dan para kriminal, maka bersihkanlah mereka sebagaimana kalian membersihkan sampah-sampah seperti telah diserukan kepada kita oleh orator kemuliaan komandan kita Syaikh Al-Adnani hafizhahullah.
Jauhilah, jangan sampai peperangan kalian untuk membela Islam dan kaum muslimin berubah menjadi peperangan karena fanatisme buta terhadap Daulah Islam, sehingga kalian memerangi orang yang memerangi Daulah Islam atas dasar fanatisme kalian kepada Daulah Islam. Akibatnya kalian akan ceroboh dalam menerapkan hukum-hukum, sehingga peperangan kalian pada saat itu berubah menjadi peperangan jahiliyah yang fanatis buta, meskipun demi apa yang dinamakan “Daulah Islam”. Sebab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam telah menjadikan sikap fanatisme terhadap Muhajirin dan Anshar sebagai perbuatan jahiliyah yang dibenci, meskipun Muhajirin dan Anshar adalah nama-nama yang syar’i.
Wahai saudara-saudaraku, janganlah kalian menengok kecuali ke hadapan kalian…sesungguhnya demi Rabbku, di hadapan kalian adalah surga…maka burulah ia…jangan sampai seorang pun mendahului kalian kepadanya!!!
Ditulis oleh:
Muhammad Samuuh Ar-Raasyid
Abu Ubadah Al-Maghribi
Salah seorang ulama syariat Daulah Islam Irak dan Syam
Rabi’ul Awwal 1435 H
http://www.gulfup.com/?i4hPY7
https://twitter.com/zxcvbzxcvb265
(muhib al majdi/arrahmah.com)