RIYADH (Arrahmah.com) – Seorang ulama terkemuka di Saudi Arabia muncul di dalam sebuah acara milik televisi negara Libya pada hari Senin (25/7/2011) untuk menyerukan fatwa yang mendesak agar para pemberontak segera menurunkan senjata mereka dan melakukan rekonsiliasi damai dengan rezim Muammar Gaddafi, lansir Emirates 247.
Hamoud bin Nafei Al Anzi, seorang imam di kota utama Saudi, Alasiah, menyatakan bahwa beberapa ulama terkemuka di wilayah Arab telah membuat keputusan darurat yang berbanding terbalik ketika mereka menyetujui melawan Gaddafi pada hari-hari pertama setelah pertempuran mulai pecah di negara Afrika Utara lima bulan lalu.
Al Anzi, yang mengunjungi Tripoli untuk bertemu dengan kubu Gaddafi mengatakan ia di Libya untuk kepentingan pribadi dan tidak mewakili pandangan pemerintah Saudi.
“Saya telah berkunjung ke banyak tempat yang dibom oleh tentara salib (NATO) di Libya… tentara salib ini hanya membunuh rakyat Libya tanpa pandang bulu dan ingin menghancurkan negara,” katanya dalam siaran yang diliput oleh televisi Libya.
“Saya menghimbau pada semua ulama dan cendekiawan untuk mengeluarkan sebuah fatwa bagi mereka yang memerangi pemerintah dan rakyat mereka sendiri agar meletakkan senjata dan bergabung dengan saudara-saudara mereka di meja perundingan jika Anda (pemberontak) benar-benar memiliki tuntutan. Jangan mengangkat senjata untuk menyelesaikan sengketa. Saya mengakui ada kesalahan tapi kesalahan tidak harus ditangani oleh kesalahan yang lebih besar. Demi Allaah, hentikan pertumpahan darah.”
Al Anzi merupakan ulama Arab pertama yang tampil di hadapan publik dan berani memberikan dukungan kepada Gaddafi.
“Saya melihat orang-orang yang tidak memiliki kaki dan tangan, mata mereka menjadi buta. Hal ini tidak bisa dibenarkan. Melawan pemerintah tidak perlu membawa orang asing. Negara Islam melarang ini. Saya menghimbau bagi semua warga Libya untuk menghentikan pertempuran, berbicara satu sama lain, serta tidak lagi mengandalkan para salibis,” lanjutnya.
“Saya hanya mendorong saudara-saudara saya di Arab Saudi dan negara-negara Islam lainnya untuk mengeluarkan fatwa saat ini demi melarang pertempuran dan pertumpahan darah.” (althaf/arrahmah.com)