KIYV (Arrahmah.id) – Hubungan diplomatik antara Ukraina dan Suriah telah berakhir setelah sekutu Rusia tersebut mengakui “kemerdekaan dan kedaulatan” dua republik separatis Ukraina timur, sebagaimana yang diumumkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Rabu (29/6/2022).
Pengumuman dari Kementerian Luar Negeri Suriah datang beberapa hari setelah pemimpin rezim Bashar Asad bertemu dengan delegasi gabungan dari kedua wilayah di ibu kota Damaskus.
Pernyataan singkat Kementerian Luar Negeri disiarkan oleh kantor berita negara Suriah SANA pada Rabu (29/6) tidak memberikan rincian lebih lanjut.
“Republik Arab Suriah telah memutuskan untuk mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Luhansk dan Republik Rakyat Donetsk,” kata pernyataan itu, mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya.
Ia menambahkan bahwa komunikasi sedang berlangsung antara kedua wilayah “untuk memperkuat hubungan termasuk mengatur hubungan diplomatik.”
Wilayah Donetsk dan Luhansk yang memisahkan diri, yang kemerdekaannya diakui Rusia pada Februari, terletak di wilayah Donbass yang menjadi pusat invasi Rusia dan kehilangan kendali Ukraina sejak 2014.
Awal bulan ini, Rusia mengklaim telah menguasai 97% wilayah salah satu dari dua provinsi yang membentuk Donbass, membawa Kremlin lebih dekat ke tujuannya untuk sepenuhnya merebut jantung industri timur tambang batu bara dan pabrik.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pasukan Moskow menguasai hampir semua provinsi Luhansk. Dan tampaknya Rusia sekarang menempati kira-kira setengah dari provinsi Donetsk, ungkap pejabat Ukraina dan analis militer.
Suriah memicu kemarahan Ukraina setelah menjadi negara pertama selain Rusia yang mengakui dua republik separatis pada Rabu (29/6) pagi.
“Tidak akan ada lagi hubungan antara Ukraina dan Suriah,” kata Zelenskyy dalam sebuah video yang diposting di Telegram, menambahkan bahwa tekanan sanksi terhadap Suriah “akan lebih besar.” Dia menggambarkan langkah Suriah sebagai “cerita yang tidak berharga.”
Ini bukan pertama kalinya pemerintah Suriah, yang sejak 2015 sangat didukung oleh Rusia dalam perang di negaranya sendiri, telah mendukung pengakuan Moskow atas negara-negara yang memisahkan diri.
Pada tahun 2018, Suriah mengakui Ossetia Selatan dan Abkhazia sebagai negara merdeka dari bekas negara Soviet Georgia, membuat Tbilisi akhirnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Suriah.
Abkhazia dan Ossetia Selatan secara internasional diakui sebagai bagian dari Georgia, yang memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tahun 1991, tetapi Rusia dan beberapa negara lain mengakui kemerdekaan mereka. (rafa/arrahmah.id)