KIEV (Arrahmah.id) — Pemerintahan Ukraina dilaporkan telah menjalin hubungan dengan kelompok perlawanan Suriah Haiah Tahrir asy Syam (HTS) yang menduduki Idlib, Suriah.
Sumber lokal melaporkan, seperti dilansir The Cradle (10/9/2024), bahwa delegasi dari Ukraina pergi ke Idlib dalam beberapa bulan terakhir dan bertemu dengan para pemimpin HTS.
Rincian pertemuan tersebut juga ditampilkan di Lekolin, situs analisis organisasi PKK.
Berdasarkan laporan Lekolin, pertemuan di Idlib terjadi pada 18 Juni 2024.
Dalam berita tersebut disebutkan bahwa delegasi Ukraina bertemu dengan Heysem Ömeri, salah satu pemimpin HTS, dan tindakan pengamanan ekstensif dilakukan di tempat pertemuan tersebut diadakan.
Menariknya, delegasi Ukraina dalam pertemuan tersebut meminta pembebasan pemimpin kenamaan Omar al-Shishani yang tercatat ditahan di penjara HTS, serta beberapa teroris radikal Chechnya dan Georgia.
Dilaporkan bahwa HTS ditawari 75 kendaraan udara tak berawak (UAV) sebagai imbalan atas pembebasan anggota geng tersebut.
Oleh karena itu, ketika perwakilan Kiev berusaha mengatur kembali tokoh-tokoh Islam yang akan melancarkan perang paramiliter melawan Putin dan Kadyrov, HTS akan memiliki peluang militer yang luas untuk menyerang pasukan Suriah dan Rusia.
HTS memiliki banyak pejuang Islam yang ditahan di penjara di Idlib karena perebutan kekuasaan dan berbagai perselisihan.
Beberapa dari mereka terdiri dari Chechnya dan Georgia yang, setelah berperang melawan Rusia pada tahun 2000an, pindah ke Suriah dan bergabung dalam jihad melawan pemerintahan Damaskus.
Melansir aydinlik, Omar al Shishani, yang ingin diangkut oleh pemerintahan Kiev, pernah disebut sebagai panglima perang kelompok militan Islamic State (ISIS).
Shishani, yang berperang melawan Rusia di Ossetia selama Perang Chechnya, pergi ke Suriah pada tahun 2012 dan bersumpah setia kepada Pemimpin ISIS, Abu Bakar al Baghdadi. Namun, sejauh ini diumumkan bahwa Shishani telah terbunuh dalam lima insiden berbeda.
Di Idlib ada lagi satu nama Shishani yang menajdi tahanan HTS. Dia sama terkenalnya denganOmar al-Shishani dan bahkan sering disamakan dengannya. Namnya adalah Muslim al Shishani.
Muslim al Shishani, yang memimpin kelompok besar Chechnya di pedesaan Latakia pada awal perang, pindah ke Idlib pada tahun 2016, mulai memiliki masalah dengan para pemimpin HTS pada tahun 2021, dan surat perintah penangkapan dikeluarkan untuknya.
Beberapa sumber lokal melaporkan bahwa Muslim al Shishani dan saudaranya Musa al Shishani masih berada di penjara HTS.
Muslim al Shishani saat ini dianggap sebagai “teroris” oleh PBB, Amerika Serikat dan Rusia.
Di sisi lain, situs PKK mengklaim HTS menerima persyaratan yang dimaksud pada bulan lalu, beberapa tokoh Islam dibebaskan dari penjara dan 75 kendaraan udara tak berawak diserahkan ke HTS. Namun sejauh ini belum ada informasi atau gambar yang muncul untuk mengonfirmasi klaim tersebut.
Diketahui bahwa pemerintahan Kiev, yang mulai mengalami kekurangan tentara dalam perangnya dengan Rusia, sedang mencari bala bantuan baru di garis depan.
Dalam konteks ini, tidak mengherankan jika Kiev, yang pertama kali mengosongkan penjaranya sendiri dan kemudian menjalin hubungan dekat dengan organisasi PKK/PYD, juga menerapkan HTS untuk tujuan yang sama.
Setelah dimulainya perang pada tahun 2011, ribuan pejuang Chechnya pergi ke Suriah untuk bergabung dalam jihad.
Kelompok-kelompok jihad ini, yang sebelumnya berperang melawan Rusia di Chechnya dan Georgia, kini berperang melawan tentara Rusia di Suriah dan Suriah.
Kelompok Chechnya yang paling terkenal di Suriah adalah Jaish al-Muhajirin wal-Ansar, Emirat Kaukasus (cabang Suriah), Jund al-Sham dan Ajnad al-Kavkaz.
Selain berperang melawan tentara Suriah dan Rusia, mereka juga sesekali pergi ke negara lain untuk membantu jihad. (hanoum/arrahmah.id)