KIEV (Arrahmah.com) – Ukraina pada Kamis (7/10/2021) mengatakan akan membangun pabrik untuk memproduksi pesawat tak berawak Turki yang sebelumnya dibeli Kiev untuk digunakan melawan separatis pro-Rusia di timur, sebuah kesepakatan yang berisiko mengganggu Moskow.
“Sebidang tanah di mana pabrik akan dibangun telah dipilih,” ujar menteri luar negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada konferensi pers dengan timpalannya dari Turki Mevlut Cavusoglu di kota Lviv, Ukraina barat.
“Ada beberapa kendala dalam pelaksanaan (proyek ini) tetapi semuanya telah dihilangkan,” tambahnya tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Cavusoglu tidak berbicara secara khusus tentang masalah itu tetapi menekankan bahwa Kiev dan Ankara “dalam proses memperkuat hubungan mereka di banyak sektor”, termasuk pertahanan.
Pada akhir September, menteri pertahanan Ukraina Andriy Taran dan Haluk Bayraktar – CEO perusahaan Turki Baykar yang memproduksi drone bersenjata Bayraktar – menandatangani memorandum untuk mendirikan pusat pelatihan dan pemeliharaan bersama untuk drone di Ukraina.
“Kami telah menunggu momen ini untuk waktu yang lama,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky setelah penandatanganan memorandum dengan Baykar.
“Ini adalah peristiwa penting bagi kami,” tambahnya, menurut pernyataan dari kepresidenan.
Baykar akan membangun pusat ini di tanah milik kementerian pertahanan Ukraina di dekat kota Vasylkiv, yang terletak sekitar 20 kilometer dari Kiev.
Ukraina sebelumnya telah membeli drone Bayraktar TB2, model andalan Baykar yang telah digunakan dalam konflik di Suriah, Libya, dan Nagorno-Karabakh.
Menurut laporan media, Kiev berencana untuk membeli sekitar 50 perangkat tersebut.
Penjualan drone ke Kiev, bagaimanapun, menempatkan Ankara dalam posisi yang sulit, karena Turki juga bekerja sama di sektor pertahanan dengan Rusia, saingan Ukraina.
Tentara Ukraina telah terlibat dalam konflik jangka panjang dengan pejuang separatis di wilayah Donetsk timur dan Lugansk sejak 2014 setelah Moskow mencaplok semenanjung Krimea dari Kiev.
Konflik tersebut telah merenggut lebih dari 13.000 nyawa.
Ukraina dan sekutu Baratnya menuduh Rusia mengirim pasukan dan senjata untuk mendukung separatis, yang dibantah Moskow. (Althaf/arrahmah.com)