KIEV (Arrahmah.id) – Ukraina akan menarik diri dari negosiasi dengan Rusia jika orang-orang di provinsi Mariupol dirugikan dan jika referendum diadakan di wilayah pendudukan, kata presiden negara itu Sabtu (23/4/2022).
“Jika orang-orang kami di Mariupol terbunuh, jika referendum semu diadakan di wilayah-wilayah pendudukan, Ukraina akan menarik diri dari negosiasi apa pun,” kata Volodymyr Zelenskyy pada sebuah konvensi berita di ibu kota Kiev, seperti dilansir Anadolu (24/4).
Menanggapi pertanyaan reporter Anadolu Agency tentang apakah mungkin untuk mengadakan pembicaraan di Turki selama diskusi antara kedua pemimpin atau delegasi berlanjut, dia mencatat bahwa segala macam pembicaraan harus fokus hanya pada hasil nyata.
Zelenskyy mengatakan Ukraina akan mengambil kembali semua wilayah yang diduduki sementara setelah memiliki cukup senjata.
Menyebutkan negara-negara yang ingin menjadi mediator antara para pihak, katanya di antara mereka, Turki telah menunjukkan keinginannya untuk menjadi pemimpin dalam hal ini.
“Turki dengan jelas menyatakan ingin dan siap menjadi salah satu negara penjamin,” kata Zelenskyy.
‘Blinken, Austin akan melakukan perjalanan ke Kiev’
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin akan melakukan perjalanan ke Kiev untuk mengadakan pembicaraan dengannya.
“Tidak mungkin lagi bagi mereka untuk datang kepada kami dengan tangan kosong. Kami mengharapkan tidak hanya hadiah dan kue, tetapi juga barang-barang khusus dan peralatan khusus. Saya yakin kami akan mencapai kesepakatan dengan AS atau mendapatkan bagian dari paket senjata Ukraina yang sudah kita sepakati selama ini,” katanya.
Juga, menyentuh perkembangan mengenai proses integrasi Ukraina dengan NATO, dia mengatakan negaranya akan diterima ke dalam NATO.
“Merupakan kesalahan besar untuk tidak memasukkan Ukraina ke dalam NATO. Keanggotaan kami di NATO akan memperkuat aliansi, itu akan menjadi jaminan bahwa Rusia tidak akan memulai perang. Ini adalah kesalahan strategis,” katanya.
Setidaknya 2.435 warga sipil telah tewas dan 2.946 terluka di Ukraina sejak perang dimulai 24 Februari, menurut perkiraan PBB, dengan angka sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi. (haninmazaya/arrahmah.id)