YOGYAKARTA (Arrahmah.com) – Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) mendorong, memfasilitasi serta mendukung inisiatif Universitas Gadjah Mada untuk mengembangkan alat deteksi Covid-19 yang bernama GeNose.
Alat ini merupakan teknologi pengendus elektronik cepat dan berbiaya rendah, serta diklaim memiliki sensitivitas tinggi untuk mendeteksi Covid-19 lewat embusan napas.
Pada praktiknya, UGM bekerja sama dengan BIN, TNI AD, dan pihak swasta antara lain PT Hikari, PT YPTI, PT Stechoq, PT Nanosense Instrument, dan PT Swayasa Prakarsa.
“Kami sangat menyambut baik teknologi dari UGM. Harapannya alat ini bisa menjadi solusi bagi upaya skrining yang cepat, murah, dan akurat,” kata Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro pada acara Public Expose GeNose di Jakarta, belum lama ini, lansir Liputan6, Senin (28/9/2020).
Covid-19 merupakan penyakit yang menyasar saluran pernapasan. “Jadi, pendeteksian lewat embusan napas sangat tepat,” jelas Bambang.
GeNose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena infeksi Covid-19 dan ia keluar bersama napas. Napas lalu diambil dan diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan buatan untuk deteksi dan pengambilan keputusan.
Selain mengutamakan unsur kecepatan dan keakurasian, GeNose juga dirancang sangat mudah digunakan, sehingga dapat dioperasikan secara mandiri dan juga efisien.
GeNose merupakan inovasi pertama di Indonesia yang dirancang untuk mendeteksi Covid-19 lewat embusan napas. Ia terhubung dengan sistem berbasis komputasi awan untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real-time.
Uji kalibrasi
GeNose juga mampu berfungsi secara paralel melalui proses diagnosis tersentral di dalam suatu sistem, sehingga validitas data dapat terjaga untuk semua alat yang terhubung ke sistem. Data dapat dimanfaatkan untuk keperluan pemetaan, pelacakan, dan pemantauan penyebaran pandemi secara aktual.
“Menariknya lagi, pengembangan GeNose memanfaatkan pendekatan Revolusi Industri 4.0 dalam hal ini kecerdasan artifisial. Penguasaan konsep big data dengan kecerdasan artifisial menjadi kunci dari akurasi GeNose,” tutur Bambang.
Uji kalibrasi alat ini telah dilakukan dengan melibatkan 615 sampel data valid di Rumah Sakit Bhayangkara POLDA DI Yogyakarta dan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 Bambanglipuro di Yogyakarta. Hasilnya, tingkat akurasi deteksi alat ini mencapai 97 persen.
Selanjutnya, GeNose akan memasuki tahap uji klinis yang akan dilakukan secara bertahap dan tersebar di sejumlah rumah sakit di Indonesia. Keandalan alat, keakurasian data, dan kesahihan metode diharapkan dapat meningkatkan keyakinan pengguna akhir untuk segera mengadopsi GeNose bagi kepentingan masyarakat luas.
“Kemenristek/BRIN siap mendukung penuh pelaksanaan uji klinis tahap kedua, termasuk dukungan pembiayaan, sehingga pengembangan GeNose bisa sesuai dengan time table, jadi harapannya bulan Desember sudah bisa dimanfaatkan masyarakat luas,” kata Bambang.
Turut hadir pula Plt. Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek/BRIN Muhammad Dimyati yang menyebut GeNose sebagai bentuk konkret dari sinergi peneliti di perguruan tinggi dengan industri dan pemerintah dalam menghasilkan inovasi.
“Memasuki uji klinis tahap dua, berbagai pihak termasuk Tim TNI AD, Polri, dan berbagai pihak yang lain bersama-sama membantu dengan mendorong rumah sakitnya menjadi tempat uji klinis. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada BIN dan Polri yang berpartisipasi aktif mendukung tim peneliti Indonesia sehingga menghasilkan karya inovasi yang luar biasa,” jelas Dimyati.
(ameera/arrahmah.com)