KAMPALA (Arrahmah.com) – Sebuah penyelidikan telah diluncurkan atas pembunuhan 67 Muslim di Uganda setelah jatuhnya Idi Amin pada tahun 1979.
Perdana Menteri Ruhakana Rugunda mengatakan bahwa sebuah tim telah dibentuk untuk melakukan verifikasi yang menyeluruh dari semua klaim yang disampaikan oleh korban pembantaian Muslim 1979 dan melaporkan kembali dalam waktu tiga minggu.
“Temuan dari verifikasi tersebut akan menjadi dasar untuk kompensasi. Kita perlu menemukan solusi yang langgeng untuk masalah ini,” ungkap Rugunda, sebagaimana dilansir oleh Daily Sabah, ahad (16/1/2016).
Dalam kekacauan yang diikuti jatuhnya Idi Amin dari kekuasaan pada bulan April 1979, orang-orang bersenjata menyerang dua desa di kabupaten Sheema, barat daya Uganda, yang menewaskan 67 Muslim, dan membuang jasad mereka di Sungai Rwizi.
Sembilan masjid dan puluhan rumah milik Muslim dibakar dan tanaman Muslim dihancurkan. Banyak yang dipaksa untuk menyerahkan tanah mereka agar tidak dibunuh.
Serangan itu terjadi saat Muslim dicurigai mendukung Amin. Di bawah pemerintahannya selama delapan tahun, ratusan ribu orang Uganda tewas dalam kekerasan politik dan etnis.
Pengumuman Rugunda pada hari Sabtu itu mengikuti perintah dari Presiden Yoweri Museveni untuk memberikan ganti rugi kepada keluarga yang kehilangan keluarga dan harta bendanya dalam pembantaian itu.
Haji Nsereko Mutumba, juru bicara Dewan Muslim Uganda, mengatakan bahwa dia berharap agar perintah Museveni akan diikuti.
“Saya berharap dia memenuhi janjinya, kami telah mengajukan hal ini untuk waktu yang lama dan tidak ada yang mendengarkan kami,” kata Mutumba kepada Anadolu Agency.
Selama kampanye pemilu tahun 2011, Museveni berjanji untuk menyelidiki pembunuhan tersebut, tapi isu itu kemudian menghilang.
“Anda tidak bisa menganiaya orang hanya karena agama mereka,” kata Mutumba. “Islam ada di sini sebelum Amin berkuasa.”
Mutumba mengatakan bahwa pemerintah sebelumnya telah berupaya untuk menghindari penyelidikan karena beberapa pemimpin dalam pemerintahan ini terlibat dalam mendalangi mereka dan berpartisipasi dalam pembunuhan.
Umar Kassaja Mutono, seorang anggota komite Sheema, mengatakan bahwa Muslim dibantai oleh para penyerang.
“Orang-orang kami dibunuh dengan menggunakan parang,” katanya.
“Mereka dikumpulkan dan dibantai seperti binatang termasuk anak-anak dan wanita hamil yang bayinya dikeluarkan dari rahim mereka.”
Ada beberapa korban yang tangan atau kaki mereka dipotong sebelum kemudian ditenggelamkan ke sungai, tambahnya.
Kasajja mengatakan bahwa Museveni, seorang menteri pertahanan dalam rezim yang menggantikan Amin, dikirim untuk menyelidiki kasus pembantaian pada tahun 1979. Ketika ia menjadi presiden pada tahun 1986, tujuh orang dipenjara, tapi kemudian dua orang itu dibebaskan.
“Presiden Museveni mengampuni dua orang lainnya yang sekarang tinggal di desa yang sama di mana mereka membunuh orang-orang kami dan ini menyakitkan kami,” ungkap Kasajja.
(ameera/arrahmah.com)