DAMASKUS (Arrahmah.com) – Uni Emirat Arab membuka kembali kedutaan besarnya di Damaskus pada Kamis (27/12/2018), menandai peningkatan diplomatik besar bagi Presiden Bashar Asad dari negara Arab sekutu AS yang pernah mendukung oposisi, lapor Reuters.
UEA mengatakan langkah itu bertujuan untuk menormalkan hubungan dan untuk mengurangi risiko campur tangan regional dalam urusan Arab-Suriah.
“Keputusan UEA berasal dari keyakinan bahwa tahap selanjutnya membutuhkan kehadiran Arab dan komunikasi dalam arsip Suriah,” tweet Anwar Gargash, menteri negara UEA untuk urusan luar negeri.
MEMO mengatakan bahwa pembukaan kembali kedutaan adalah langkah menuju rehabilitasi Suriah oleh rekan-rekan Arabnya. Keanggotaannya di Liga Arab ditangguhkan tujuh tahun lalu. Gargash mengatakan kepada Al Arabiya TV bahwa pendaftaran kembali akan membutuhkan konsensus Arab.
Bendera UEA dikibarkan di kedutaan, setelah sebelumnya ditutup sejak bulan-bulan awal konflik Suriah hampir delapan tahun lalu. Kementerian Luar Negeri UEA mengatakan bertanggung jawab atas tugasnya pada Kamis.
UEA adalah salah satu dari beberapa negara kawasan yang mendukung kelompok-kelompok bersenjata yang menentang Asad, meskipun perannya kurang menonjol dibandingkan dengan Arab Saudi, Qatar, atau Turki, kata sumber-sumber oposisi di kawasan itu. Dukungan Emirat telah dikaitkan dengan kelompok-kelompok yang menentang dominasi Islam atas pemberontakan.
Awal bulan ini Presiden Sudan Omar al-Bashir terbang ke bandara Damskus. Hal tersebut menjadikannya sebagai kepala negara Arab pertama yang mengunjungi Damaskus sejak awal konflik Suriah.
Perbatasan antara Suriah dan Yordania, sekutu AS lainnya yang mendukung oposisi, dibuka kembali pada Oktober. Sebuah penerbangan penumpang Suriah terbang ke Tunisia pada Kamis untuk pertama kalinya dalam hampir delapan tahun.
Seorang diplomat Arab, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa dia percaya sebagian besar negara Arab ingin Suriah diterima kembali ke Liga Arab, dengan hanya tiga atau empat negara diperkirakan akan menentangnya.
(fath/arrahmah.com)