SANA’A (Arrahmah.com) – Uni Emirat Arab mengumumkan akan mengurangi kehadiran pasukannya di seluruh Yaman yang dilanda perang, bergerak dari strategi militer ke strategi perdamaian.
Negara Teluk itu menarik sebagian pasukannya dari daerah-daerah termasuk pelabuhan selatan Aden dan pantai barat, kata seorang pejabat UEA yang tidak disebutkan namanya dikutip oleh beberapa kantor berita pada Senin (8/7/2019), lansir Al Jazeera.
“Kami memang menurunkan jumlah pasukan karena alasan yang strategis di [kota Laut Merah] Hudaidah dan alasan yang taktis,” kata pejabat itu. “Ini sangat berkaitan dengan perpindahan dari apa yang saya sebut strategi militer-pertama ke strategi perdamaian-pertama.”
Seorang pejabat militer Yaman yang tidak ingin disebutkan namanya membenarkan bahwa tentara UEA “benar-benar mengosongkan” pangkalan militer di Khokha, sekitar 130 km selatan dari pelabuhan utama Hudaidah.
Pergerakan pasukan di daerah lain di Yaman “bersifat taktis dan didasarkan pada kebutuhan kami”, kata pejabat UEA itu.
“Kami tidak khawatir tentang kekosongan di Yaman, karena kami telah melatih total 90.000 pasukan Yaman,” katanya. “Ini adalah salah satu kesuksesan besar kami di Yaman.”
Konflik di Yaman pecah pada akhir 2014 ketika kelompok teroris Syiah Houtsi menduduki sebagian besar negara, termasuk ibu kota, Sana’a.
Perang meningkat pada Maret 2015 ketika koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi dan UEA meluncurkan kampanye udara sengit terhadap Houtsi dalam upaya untuk mengembalikan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional.
Pejabat UEA menekankan pada dukungan berkelanjutan negaranya untuk Arab Saudi, mengatakan diskusi tentang perpindahan pasukan telah dikoordinasikan selama lebih dari setahun.
“Ini bukan keputusan menit terakhir. Ini adalah bagian dari proses dalam koalisi yang telah dibahas secara luas dengan mitra kami, Saudi.” (haninmazaya/arrahmah.com)