JAKARTA (Arrahmah.com) – Sekertaris Jenderal (Sekjen) Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Pusat, Ustadz Bachtiar Nasir, menghimbau kaum Muslimin untuk tidak tergiur pada berbagai janji dan jargon kampanye peserta Pemilu 2014.
Bahkan dirinya memerintahkan untuk meninggalkan partai Islam sekalipun jika sudah mengabaikan amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini dinyatakannya di depan sekitar seribu jamaah Majelis Tadabbur Quran (MaTaQu), Masjid Baitul Ihsan, Jakarta Pusat, Sabtu (15 /3/ 2014).
“Kalau sudah meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, kalaupun partai Islam, tinggalkan! Yang tidak bekerja untuk Islam, tinggalkan! Yang ragu bersama Islam, tinggalkan! Karena berjuang untuk hal seperti itu hanya bekerja untuk pepesan kosong,” tegas pria yang di kalangan media biasa disapa UBN, seperti dikutip dari Hidayatullah.com Ahad (16/3/2014).
Pada bagian lain, Ustadz Bactiar Bachtiar juga memaparkan tentang pemimpin berjiwa merdeka, yakni menjadi tuan rumah di negaranya sendiri alias tidak di setir asing. Dia mencontohkan di Malaysia, Perdana Menteri Malaysia, saat itu Mahathir Mohamad pernah menyatakan, “Silahkan bawa masuk uang, asal jangan pernah bawa Syiah masuk Malaysia!”. Menurutnya, sinyalemen ini menjadikan para aparat pemerintahan di sana konsisten menghalau pertumbuhan aliran sesat.
Ustadz Bachtiar menyindir Kapolri Sutarman yang tak kunjung juga menerbitkan peraturan pemakaina jilbab Polwan. Padahal, kata UBN, kalau Sutarman meluluskan keinginan para Polwan menutup auratnya, maka kemenangan hakiki akan didapat. Dalam setiap aturan Allah, terdapat hikmah yang berguna bagi makhluk ciptaan-Nya. Aturan yang terdapat di Al-Quran, diberikan supaya jalan hidup manusia tidak berbenturan dengan keberadaan ciptaan Allah lainnya.
“Seperti thawaf, kenapa Allah memerintahkan thawaf dengan menempatkan Ka’bah di sisi kiri badan? Kalau Allah menempatkan Ka’bah di sebelah kanan kita, pulang-pulang, banyak jamaah yang gila karena perputaran sel-sel tubuh sesuai dengan thawaf,” ujar Ketua Lembaga Tadabbur Quran Indonesia (LaTaQia) itu menjelaskan.
Sama halnya jika seorang pemimpin hanya tunduk pada kekuasaan manusia lainnya. Ia akan mengalami kerusakan orientasi kehidupan
“Dan kita, akan menjadi orang gila kalau kita tidak menuruti aturan Allah yang telah menciptakan kita di dunia ini,” tukas lulusan Universitas Islam Madinah itu. (azm/arrahmah.com)