BOGOR (Arrahmah.id) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor mengimbau agar masyarakat tetap mengusung semangat kesatuan dan persatuan serta tidak mempertajam konfrontasi dan konflik.
Hal tersebut disampaikan usai terjadi penolakan dari sebagian warga Perumahan Citra Indah City di Jonggol, Bogor atas rencana kedatangan Ustaz Abdul Somad (UAS) dalam kegiatan tablig akbar.
“Intinya bahwa kita mengusung semangat kesatuan dan persatuan umat ya. Jadi siapapun dia, dari mulai ulama, sampai khalayak ya, tokoh-tokoh umat semuanya ingin menyatu, jangan beda-beda pandangan, jangan pecah, jangan belah, apa lagi diprovokasi untuk kita pecah dan belah. Ini yang kita jaga,” kata Ketua MUI Kabupaten Bogor Mukri Aji kepada wartawan, Kamis (16/6/2022), lansir Detik.com.
“Kalau hemat saya kita ambil hikmahnya ini semua, jangan kita perdalam, (jangan) pertajam konfrontasi, konflik antara pro dan kontra. Tetapi lebih ke melakukan muhasabah,” lanjutnya.
Dia juga mengajak warga tetap mengusung kebaikan dan saling memuliakan. Dia meminta agar semua pihak bersatu padu.
“Baik yang menolak (UAS), maupun baik yang mendukung. Bagi saya tidak ada tolak maupun dukung, semuanya menyatu, Allahu Akbar. Semuanya damai mengusung kebaikan, kemuliaan, saling kita memuliakan antara kita antara ulama, guru-guru kita, kita muliakan semua, tidak ada yang dijelekan, tidak ada,” tegasnya.
Guru besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini menyebut, seorang penceramah juga butuh kearifan. Tidak menyinggung pihak-pihak lain yang dapat menimbulkan perpecahan.
“Betul, kearifan kita sebagai ulama, tokoh, mubalig itu butuh arif memang. Konteksnya konteks apa ini, kalau tentang konteks almusyrikun, almunafikun, alkafirun, alfasikun, ya hati-hati,” katanya.
“Untuk ke siapa ini khalayak ini, jangan sampai ada orang yang tersinggung, itu konteksnya lebih ke internal umat (Islam), penyampaiannya kajiannya lebih spesifik tidak singgung sana, singgung sini, tidak ada salah duga, salah sangka, dan apapun namanya. Kita mesti arif memang,” lanjutnya.
Ia mengatakan, penceramah juga harus beradaptasi dengan lingkungan dan membawa kesejukan.
“Siapapun termasuk diri saya, saya bukan cerita soal orang lain ya, tapi diri saya saya koreksi, sebagai ulama sebagai tokoh umat, jangan seenaknya saya, kita selalu adaptasi lingkungan,” ungkapnya.
“Bukan mau tunduk terhadap yang tidak baik, tidak. Untuk itu, ada metodologinya. Jangan dianggap kita menyinggung menyungging dan seterusnya. Dakwah itu semestinya menyejukan. Gitu kan, sekalipun yang kita sampaikan semuanya baik, benar, tetapi konteksnya kaya apa,” ujarnya.
Sebelumnya, beredar video penolakan sekelompok warga terhadap Ustaz Abdul Somad atau UAS yang akan berceramah di Jonggol.
Panitia tablig akbar mengatakan ceramah tetap berlanjut sesuai jadwal usai ada mediasi yang dilakukan polisi.
(ameera/arrahmah.id)