WASHINGTON DC (Arrahmah.com) — Twitter mengatakan bahwa mereka telah menghapus ribuan akun di enam negara yang digunakan untuk memperkuat propaganda Partai Komunis Cina (PKC) mengenai pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
Pengumuman di blog Twitter muncul setelah Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, mengatakan telah mengidentifikasi jaringan disinformasi yang berbasis di Cina barat daya yang dibangun dari ratusan akun media sosial palsu, salah satunya milik ahli biologi Swiss fiktif.
“Kami menghapus jaringan akun yang memperkuat narasi Partai Komunis Cina terkait perlakuan terhadap penduduk Uihur di Xinjiang,” kata Twitter. “Hari ini, kami merilis sampel representatif dari 2.048 akun,” lanjut pernyataan itu, seperti dikutip dari France24 (2/12/2021).
“Kami juga menghapus jaringan 112 akun yang terhubung ke Changyu Culture, sebuah perusahaan swasta yang didukung oleh pemerintah daerah Xinjiang,” tambah pernyataan tersebut.
Meta menyatakan pada 1 Desember, bahwa jaringan disinformasi yang ditemukannya termasuk akun yang mengaku milik seorang ahli biologi Swiss bernama Wilson Edwards. Setelah ditelusuri, tak ada sosok yang bernama demikian. Akun itu digunakan untuk menyebarkan “disinformasi anti-AS” tentang asal-usulnya dari virus Corona yang menyebabkan pandemi Covid-19.
Akun pertama dengan nama “Edwards” dibuka di Facebook pada bulan Juli, dan mengklaim tanpa mengutip bukti bahwa para ilmuwan berada di bawah “tekanan besar dan bahkan intimidasi” dari pejabat AS untuk mendukung seruan mereka untuk penyelidikan lebih lanjut tentang asal-usul virus.
Postingan itu disukai, ditautkan, atau diposting ulang oleh ratusan akun lain, banyak di antaranya dibuat pada hari yang sama, dan dilacak ke sebuah perusahaan teknologi yang berbasis di Chengdu, ibu kota provinsi barat daya Sichuan.
Apa yang ditulis dalam akun itu, lalu diambil dan dilaporkan sebagai fakta oleh organisasi berita besar di Tiongkok, yang dikontrol ketat oleh Partai Komunis Cina (PKC) yang berkuasa. Kebohongan itu terungkap ketika pihak berwenang Swiss mengatakan mereka tidak memiliki catatan ahli biologi dengan nama itu.
“Jika kamu ada, kami ingin bertemu denganmu!” Kedutaan Swiss di Beijing tweeted pada Agustus 2021. Outlet media pemerintah China kemudian menghapus artikel yang mengutip “Edwards” dan mengklaim bahwa AS melawan untuk mendapatkan kembali pengaruh politik di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan menggunakan klaim yang tidak terbukti bahwa virus Corona berasal dari Wuhan, kemungkinan kebocoran dari Institut Wuhan.
Du Sheng-tsung, yang mengepalai departemen radio dan televisi di Universitas Mingchuan Taiwan, mengatakan menghapus akun tidak akan menyelesaikan masalah disinformasi PKC.
“Terlalu banyak yang harus dihapus,” kata Du kepada Radio Free Asia. “Mereka dapat menghapusnya sekarang, tetapi akun zombie akan dioptimalkan dengan lebih baik di lain waktu. Ini sebagian besar tentang propaganda domestik,” lanjutnya. (hanoum/arrahmah.com)