ASHGABAT (Arrahmah.com) – Pecahan peluru berserakan di jalan-jalan di sebuah kota dekat ibukota Turkmenistan pada Jumat (8/7/2011) setelah beberapa ledakan kuat mengahancurkan gedung yang diduga kuat gudang senjata utama.
Warga di ibukota, Ashgabat, mengatakan mereka mendengar beberapa ledakan dari kota Abadan, sekitar 12 mil jauhnya, pada pukul 16.00 waktu setempat pada Kamis (7/7) dan pasokan listrik yang terputus.
Kementrian Luar Negeri negara pecahan Soviet ini yang merupakan produsen gas alam terbesar di Asia Tengah, mengatakan, “cuaca panas telah memicu ledakkan di sebuah fasilitas penyimpanan di kota dan bahwa tidak ada korban jiwa.”
Namun oposisi Turkmenistan mengatakan bahwa setidaknya 200 orang tewas, setengah dari mereka adalah personil militer dan ratusan korban luka-luka. Mayat tersebar di seluruh jalan. Kepanikan menyebar di kota, komunikasi dengan dunia luar telah praktis dipotong oleh pemerintah.
Sementara itu, ledakan berlanjut hingga hari ini (9/7). Polisi menangkap setiap orang yang mencoba merekam atau mendokumentasikan peristiwa.
Jika warga Turkemistan yang berhasil lolos dari holocaust di Abadan melakukan percakapan telepon dari ibukota Turkmenistan kepada kerabat mereka yang tinggal di luar negeri dan melaporkan tentang apa yang terjadi di sana, menggunakan kata seperti “Abadan”, “ledakan”, “jenazah” atau “korban”, maka percakapan mereka tiba-tiba terputus dengan diiringi suara dering atau jeda kosong.
Semua media Turkmenistan dikendalikan oleh pemerintah. Bukan melaporkan berita tentang bencana, mereka kini melakukan siaran musik atau program hiburan.
“Ada banyak shell yang tidak meledak bertebaran di sekitar lokasi kejadian. Beberapa dari mereka adalah detonator, menyebabkan kematian baru,” ujar roposisi dalam websitenya, www.chrono-tm.org, yang memposting sebuah foto memperlihatkan gumpalan besar asap naik ke atas wilayah tersebut.
Jalan-jalan di Abadan yang memiliki pembangkit listrik yang melayani ibukota, berserakan dengan pecahan logam dan udara dipenuhi asap berbau tajam menjelang menyingsingnya fajar pada Sabtu.
Kota ini dikepung dengan kehadiran polisi dan unit militer yang begitu banyak dan mobil tidak bisa keluar masuk secara bebas.
Pihak oposisi mengatakan bahwa pasokan air, gas dan listrik telah teprutus sementara unit militer masih berjuang memadamkan api dan mengevakuasi sipil.
Dikatakan bahwa sebuah stadion telah berubah menjadi jalur evakuasi.
Para pejabat Turkmenistan tidak bisa dihubungi untuk memberikan komentar mengenai apa yang terjadi di Abadan, tetapi pemerintah mengeluarkan pernyataan bahwa penduduk sedang diberikan bantuan. (haninmazaya/arrahmah.com)