ANKARA (Arrahmah.com) – Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus menegaskan bhwa Turki menolak gagasan untuk membagi Suriah yang dilanda perang.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Asharq al-Awsat, Kurtulmus mengatakan bahwa rakyat Suriah harus memiliki keputusan akhir tentang nasib rezim Bashar al-Asad, sebagaimana dilansir oleh Al Bawaba, Senin (7/3/2016).
“Apa yang terjadi di Suriah adalah sebuah perjanjian Sykes-Picot baru,” ungkap Kurtulmus, mengacu pada perjanjian rahasia setelah Perang Dunia I antara Inggris dan Perancis yang ingin menancapkan pengaruh mereka pasca-perang di Timur Tengah.
Dia mengatakan bahwa ada kekuatan tertentu yang berusaha untuk memaksakan “fase baru” dari perjanjian yang bertujuan untuk membagi-bagi beberapa negara di kawasan itu.
“Fokus utama dari beberapa kekuatan tersebut adalah untuk membagi negara-negara Islam di sepanjang garis sektarian dan etnis dalam upaya untuk menciptakan lebih banyak masalah antara kelompok etnis,” katanya.
Dia mengatakan, ada pihak-pihak tertentu yang sekarang berbicara tentang pembagian Suriah menjadi tiga entitas yang berbeda.
“Faktanya adalah bahwa Suriah dapat dibagi menjadi 30 atau 40 bagian yang berbeda,” ungkapnya.
Kurtulmus menyerukan agar kelompok etnis dan agama di Suriah bersatu. “Fokus utama kami adalah untuk melindungi Suriah sebagai negara yang bersatu,” tegasnya.
Dia mengatakan, orang Suriah bisa membangun rezim baru di Suriah melalui proses perdamaian. “Tapi kita harus menjaga integritas wilayah Suriah,” tambahnya.
Lebih lanjut, dia mendesak kelompok yang berbeda di Suriah untuk menemukan cara terbaik untuk berpartisipasi dalam mencari solusi politik untuk konflik yang telah berlangsung selama lima tahun ini.
(ameera/arrahmah.com)11