ANKARA (Arrahmah.com) – Seorang pejabat senior dari partai berkuasa membantah tuduhan pada Jum’at (1/4/2016) bahwa Turki telah mengumpulkan dan mengusir secara massal pengungsi Suriah, termasuk anak-anak dan perempuan, hampir setiap hari.
Kelompok-kelompok yang terdiri dari sekitar 100 orang Suriah – pria, wanita, dan anak-anak- telah dideportasi ke Suriah setiap hari sejak pertengahan Januari, ungkap Amnesty International yang berbasis di Inggris dalam sebuah laporan, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Menurut kesaksian yang terkumpul, pengusiran paksa terhadap pengungsi Suriah merupakan “rahasia umum” di kawasan itu, meskipun hal tersebut adalah ilegal menurut Undang-undang Turki, Uni Eropa, dan hukum internasional, ungkap Amnesty.
Tapi Yasin Aktay, seorang anggota senior parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AK), menyebut laporan Amnesty International tersebut adalah sebuah kebohongan.
Aktay mengatakan kepada Al Jazeera bahwa hanya orang yang diduga memiliki keterkaitan dengan terorisme yang dikirim kembali ke Suriah, saat Turki meningkatkan keamanan perbatasan setelah serentetan serangan mematikan.
“Ini adalah sebuah kebohongan bahwa Turki mengirimkan warga sipil – termasuk perempuan dan anak-anak -. Kembali ke Suriah. Klaim ini tidak adil untuk negara yang saat ini menampung 2,7 juta pengungsi Suriah, yang kita sebut sebagai tamu di sini, tanpa memandang etnis.”
“Kami secara sukarela menanggung beban ini,” kata Aktay.
Ribuan orang telah dideportasi karena terkait dengan organisasi teroris, termasuk dengan ISIS, Partai Uni Demokrat Kurdi(PYD), serta tentara dari militer Suriah, tambahnya.
“Kami tidak bisa membiarkan teroris tinggal di negara ini. Turki telah ditargetkan oleh orang-orang yang datang dari Suriah dalam beberapa bulan terakhir. Kebijakan kami bukan untuk melawan rakyat Suriah tetapi melawan teroris yang ingin menyelinap ke negara ini,” kata Aktay.
Turki, dengan 2,7 juta pengungsi Suriah, menjadi tuan rumah dengan jumlah terbesar orang yang melarikan diri dari perang Suriah yang telah berlangsung selama lima tahun di Suriah, dan menewaskan lebih dari 250.000 orang.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu menegaskan dalam pidato yang disiarkan televisi pada Kamis (31/3) bahwa pelaksanaan kesepakatan pengungsi akan dimulai pada hari Senin.
Aktay mengatakan bahwa kesepakatan itu tidak mudah untuk dipraktikkan.
(ameera/arrahmah.com)