ANKARA (Arrahmah.com) – Turki terbuka untuk melakukan dialog dengan Rusia untuk menyelesaikan krisis politik baru-baru ini, ungkap Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, Sabtu (19/12/2015), sebagaimana dilansir oleh World Bulletin.
Davutoglu juga mengkritik sanksi ekonomi secara sepihak oleh Moskow serta sikap Presiden Vladimir Putin baru-baru ini yang dianggap melawan Turki.
“Kami siap untuk berbicara dengan Rusia dan saling bertukar pendapat,” kata Davutoglu, saat berbicara pada pertemuan yang diselenggarakan oleh Dewan Hubungan Ekonomi Luar Negeri Turki, atau DEIK, di Istanbul.
“Tapi kita tidak akan pernah membiarkan Rusia mendikte apa pun kepada kami,” tambahnya.
Ketegangan tetap tinggi pasca Turki menembak jatuh jet militer Rusia bulan lalu . Setelah kejadian itu, Rusia memberlakukan berbagai sanksi sepihak terhadap Turki, termasuk larangan impor makanan.
“Kami tidak akan memungkinkan hubungan kita hancur oleh sanksi ekonomi sementara kami telah mengerahkan upaya untuk menyelesaikan krisis politik ini dengan Rusia, “kata Davutoglu.
Presiden Vladimir Putin, saat konferensi pers pada Kamis (17/12) di Moskow, mengatakan bahwa ia tidak melihat kemungkinan adanya perbaikan hubungan dengan Turki.
Putin juga menuduh pemerintah Turki “mengislamisasikan Turki” dan bekerja sama dengan ISIS atas perdagangan minyak di Suriah.
Davutoglu mengutuk sikap Putin baru-baru ini yang diaggap melawan Turki, dan menyatakan bahwa “itu tidak pantas untuk seorang negarawan”.
“Apakah Putin tidak tahu bahwa kita adalah sebuah negara Muslim sebulan yang lalu? Ketika dia bertemu dengan presiden kami di KTT G20 di Antalya sebulan lalu, apakah dia tidak tahu tentang kebijakan luar negeri Turki? Jika Turki itu bekerja sama dengan ISIS [seperti yang ia klaim], mengapa tidak ia sebutkan pada waktu itu? “
Di tengah krisis dengan Rusia, perdana menteri Turki juga menyatakan bahwa ia berencana untuk mengunjungi Ukraina dan mengundang Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, ke Turki.
Davutoglu menyatakan bahwa Tatar Krimea akan menjadi salah satu isu penting yang dibahas selama kunjungannya.
Dia juga mengatakan: “Kami tidak mengakui pendudukan Rusia atas Krimea [wilayah Ukraina] dan kami tidak akan mengakui.”
Rusia telah bertindak kejam tehadap orang Turki yang tinggal di Krimea sejak jatuhnya pesawat tempur Rusia, ungkap anggota parlemen Ukraina dan pemimpin Tatar Krimea, Mustafa Dzhemilev, pada Selasa (15/12).
Mengenai penyebaran pasukan Turki di Irak utara, Davutoglu mengatakan: “Dukungan kami [untuk Peshmerga dan para relawan] akan berlanjut sampai Mosul diselamatkan [dari ISIS].”
Pada 4 Desember, Turki memperkuat unit pasukannya di Irak Utara karena meningkatnya ancaman terhadap keamanan mereka.
(ameera/arrahmah.com)