ANKARA (Arrahmah.id) – Media Turki melaporkan pada Kamis malam (5/10/2023) bahwa unit badan intelijen MIT Ankara telah melancarkan serangan baru terhadap sasaran di timur laut Suriah yang dikuasai Kurdi, termasuk bangunan yang digunakan oleh pasukan Kurdi dan “depot senjata dan amunisi”.
Pasukan keamanan dalam negeri Kurdi mengatakan Turki telah melakukan 21 serangan di wilayah tersebut, menewaskan “11 orang, termasuk lima warga sipil dan enam” personel keamanan.
Juru bicara Pentagon Pat Ryder mengatakan kepada wartawan bahwa pesawat tempur F-16 AS di Suriah menembak jatuh drone Turki pada Kamis (5/10), menganggapnya sebagai “ancaman potensial” setelah pesawat tersebut mendekati “kurang dari setengah kilometer dari pasukan AS” di dekat Hasakeh.
Turki telah melakukan serangan berulang kali terhadap sasaran di timur laut Suriah yang dikuasai Kurdi.
Pada Rabu (4/10), Ankara memperingatkan akan meningkatkan serangan udara lintas batasnya, setelah menyimpulkan bahwa milisi yang melancarkan serangan akhir pekan di ibu kota Turki berasal dari Suriah.
Pasukan Demokratik Suriah yang didukung AS memimpin pertempuran yang mengusir para pejuang kelompok ISIS dari wilayah terakhir mereka di Suriah pada 2019.
Turki memandang Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) yang mendominasi SDF sebagai cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang terdaftar sebagai kelompok teror oleh Ankara dan sekutu Baratnya.
Turki telah melancarkan serangan terhadap posisi PKK di Irak utara sejak serangan Ahad (1/10) di Ankara, yang melukai dua petugas keamanan Turki dan diklaim oleh kelompok Kurdi.
Koresponden AFP di timur laut Suriah melihat asap mengepul dari lokasi minyak dekat Qahtaniyeh, dekat perbatasan Turki.
Dua pembangkit listrik di daerah tersebut juga terkena dampaknya, begitu pula di sekitar bendungan.
Farhad Shami, juru bicara SDF, tentara de facto Kurdi, mengatakan serangan tersebut menargetkan lokasi militer dan sipil.
“Jelas ada peningkatan sejak ancaman Turki,” katanya.
Di pasar kota Qamishli di provinsi Hasakeh, para pedagang menyuarakan keprihatinannya.
“Situasinya semakin buruk setiap hari. Turki tidak membiarkan kami bernapas,” kata Hassan al-Ahmad, seorang pedagang kain berusia 35 tahun.
Komandan SDF Mazloum Abdi pada Rabu (4/10) membantah bahwa para penyerang Ankara telah “melewati wilayah kami”.
“Turki sedang mencari alasan untuk melegitimasi serangan yang sedang berlangsung di wilayah kami,” katanya.
Pemerintahan Kurdi mendesak “komunitas internasional” untuk “mengambil sikap yang mampu menghalangi” Turki dari serangannya.
Amerika Serikat, Rusia dan Turki semuanya memiliki pasukan di negara tersebut.
Antara 2016 dan 2019, Turki melakukan tiga operasi besar di Suriah utara melawan pasukan Kurdi.
Konflik di Suriah telah menewaskan lebih dari setengah juta orang sejak dimulai pada 2011 dengan tindakan keras brutal terhadap protes anti-pemerintah, yang kemudian berkembang menjadi perang dahsyat yang melibatkan tentara asing, milisi, dan jihadis. (zarahamala/arrahmah.id)