ANKARA (Arrahmah.id) – Seorang pejabat tinggi Turki mengatakan pada Jumat (6/10/2023) bahwa Turki tidak akan berhenti mengejar “kelompok teror” atau tunduk pada ancaman menyusul jatuhnya pesawat tak berawak Turki oleh pasukan AS di Suriah.
“Kami akan memberantas terorisme, baik di Irak utara, Suriah utara, atau di mana pun,” kata Fahrettin Altun, direktur komunikasi presiden Turki. “Kami tidak akan tunduk pada ancaman dan kami tidak akan mengkompromikan keamanan kami.”
Jatuhnya pesawat tak berawak pada Kamis (5/10) terjadi ketika serangan Turki menghantam bagian-bagian infrastruktur utama di wilayah yang dikuasai Kurdi, dan menandai bentrokan bersenjata NATO vs NATO yang pertama di Suriah.
Serangan Turki tersebut merupakan respons terhadap serangan bom di Ankara pekan lalu yang diklaim dilakukan oleh Partai Pekerja Kurdistan (PKK), sebuah kelompok milisi yang telah melancarkan pemberontakan terhadap Ankara selama beberapa dekade.
Setelah pengeboman tersebut, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan telah memperingatkan bahwa tidak ada target yang dilarang, dan juga meminta “pihak ketiga” untuk menghindari kelompok terkait PKK di Suriah.
Amerika Serikat memiliki kehadiran militer di timur laut Suriah, dan bermitra dengan Unit Perlindungan Rakyat (YPG), sebuah organisasi yang dianggap Ankara sebagai cabang PKK di Suriah. Washington telah menggunakan milisi Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin YPG sebagai mitra utamanya di Suriah dalam perang melawan ISIS sejak 2014, meskipun mereka menganggap PKK sebagai kelompok teror.
Altun pada Jumat (6/10) mengatakan seseorang tidak dapat berperang melawan “kelompok teroris melalui kelompok teroris lainnya”, dan menambahkan bahwa membantu organisasi-organisasi tersebut untuk tujuan ini adalah “kebodohan yang luar biasa”.
Dia secara tidak langsung meminta Washington untuk berhenti membantu kelompok Kurdi.
Pada Kamis malam (5/10), Pentagon mengatakan pihaknya menembak jatuh pesawat Turki “untuk membela diri” setelah memasuki wilayah “yang dibatasi AS” di mana Pasukan Khusus AS bersembunyi di bunker.
Pentagon menambahkan bahwa pihaknya menyesali insiden tersebut dan penilaiannya adalah bahwa drone tersebut tidak bermaksud menargetkan pasukan AS.
Episode ini menandai konflik bersenjata pertama antara sekutu NATO di Suriah. Ini juga merupakan pertama kalinya dalam sejarah NATO bahwa sekutunya menembak jatuh kendaraan udara tak berawak milik negara lain.
Meskipun kementerian pertahanan Turki mengatakan pada Kamis (5/10) bahwa pesawat tak berawak yang jatuh itu bukan milik pasukannya, pernyataan kementerian luar negeri pada hari berikutnya mengakui bahwa pesawat itu milik Turki.
Berbagai sumber di Ankara mengatakan kepada Middle East Eye bahwa drone tersebut kemungkinan dioperasikan oleh intelijen Turki dan bukan oleh tentara, sehingga menimbulkan kebingungan.
“Selama operasi, satu drone bersenjata hilang karena perbedaan evaluasi teknis dalam mekanisme de-konflik yang dikoordinasikan dengan pihak ketiga,” kata Kementerian Luar Negeri Turki.
“Langkah-langkah yang diperlukan sedang diambil untuk memastikan pengoperasian mekanisme de-konflik yang lebih efektif dengan pihak-pihak terkait.”
Turki terus menyerang sasaran di timur laut Suriah semalam setelah insiden tersebut, sebagian besar menargetkan sumur minyak dan infrastruktur energi yang dioperasikan oleh kelompok Kurdi Suriah.
“Insiden tersebut tidak mempengaruhi pelaksanaan operasi yang sedang berlangsung dan mengenai sasaran yang teridentifikasi dengan cara apa pun,” kata kementerian tersebut, seraya menambahkan bahwa Ankara akan terus menghancurkan infrastruktur PKK secara sistematis.
Serangan Turki juga menghantam dua pembangkit listrik dan sebuah area di dekat bendungan.
Pasukan Kurdi mengatakan 11 orang tewas. Militer Turki pada Jumat (6/10) mengatakan mereka telah “menetralisir” 26 milisi Kurdi.
Serangan udara tersebut dapat dilihat dan didengar di kamp al-Roj, tempat para istri dan anak-anak anggota ISIS ditahan, menurut sebuah sumber.
Kamp itu dibiarkan tanpa air dan listrik, tambah sumber itu.
Seorang petugas polisi Turki juga tewas pada Kamis malam (5/10) dalam serangan roket di pangkalan Turki di Suriah. (zarahamala/arrahmah.id)