TURKI (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan pada Jumat (30/8/201) bahwa setiap intervensi militer internasional terhadap Suriah harus ditujukan untuk menggulingkan Presiden Bashar Assad dari kekuasaannya di Suriah.
“Sebuah operasi yang terbatas tidaklah memuaskan bagi kami,“ kata Erdogan seperti dikutip oleh saluran berita NTV.
“Sebuah intervensi sama seperti memutuskan bahwa Kosovo harus diluncurkan. Sebuah operasi selama satu atau dua hari tidak akan cukup. Tujuannya harus untuk memaksa rezim [Assad] turun,“ katanya.
Sebelumnya, Erdogan, yang negaranya berbagi perbatasan panjang dengan Suriah, pernah menjadi sekutu diktator Suriah, Assad, tapi sekarang tampak berbalik menjadi salah satu pengkritiknya.
Sementara Obama mengatakan pada Jumat (30/8) bahwa pemerintah dan militer AS sedang melihat “berbagai macam pilihan“ di Suriah. Dia mengklaim bahwa tujuan utama dari serangan mereka ialah menegakkan norma internasional atas pelanggaran rezim Suriah yang telah melakukan serangan menggunakan senjata kimia.
Upaya Obama juga termasuk membuat sebuah koalisi internasional yang mendukung aksi militer Barat. Namun demikian, Obama juga mengatakan bahwa pasukan darat mereka tidak akan mengambil bagian dalam serangan tersebut.
Bagaimanapun, AS telah resmi menyatakan bahwa mereka tidak ingin menggulingkan Assad, melainkan hanya berniat untuk “mengirim pesan yang jelas baginya”. Dengan kata lain, rencana serangan AS bukan untuk menjatuhkan Rezim Nushairiyah yang selama 40 tahun terakhir telah menjadi anjing penjaga keamanan “Israel” dari serangan Mujahidin Islam. Maka bisa dikatakan bahwa rencana serangan AS terhadap Suriah justru akan menargetkan Mujahidin Islam yang diprediksi akan berkuasa jika Assad tumbang.
Sementara itu, terlepas dari rencana serangan AS terhadap Suriah, Mujahidin terus melancarkan operasi-operasi jihad mereka di Damaskus dan pinggiran Damaskus sebagai pembalasan atas serangan senjata kimia teroris Rezim Nushairiyah terhadap Kaum Muslimin di distrik Ghautah Timur, provinsi pinggiran Damaskus, pada Rabu (21/8) dini hari, di mana lebih dari 1700 warga sipil Muslim gugur dan 6000 lainnya tak sadarkan diri akibat gas beracun yang terkandung dalam senjata kimia tersebut. (banan/arrahmah.com)