ANKARA (Arrahmah.id) – Polisi menangkap lebih dari 1.000 orang dalam penggerebekan di seluruh Turki pada Selasa (3/10/2023) setelah serangan bom bunuh diri di Ankara oleh Partai Pekerja Kurdistan yang dilarang, PKK.
Sekitar 90 orang di 18 provinsi di seluruh negeri ditahan karena dicurigai memiliki hubungan dengan PKK. Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya mengatakan tambahan 928 orang yang dicurigai memegang senjata api tanpa izin atau terkait dengan penyelundupan senjata api ditangkap selama operasi tersebut, dan lebih dari 840 senjata disita.
Seorang pengebom bunuh diri PKK meledakkan alat peledak di dekat pintu masuk Kementerian Dalam Negeri pada Ahad (1/10), beberapa jam sebelum Presiden Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan berpidato di depan parlemen saat parlemen kembali dari reses musim panas. Seorang pengebom kedua tewas dalam baku tembak dengan polisi.
Dua petugas polisi terluka ringan dalam serangan itu. Para pelaku bom tiba di lokasi kejadian dengan menggunakan kendaraan yang mereka sita dari seorang dokter hewan di Kayseri, Turki tengah, setelah menembak kepalanya.
Beberapa jam kemudian, Turki melancarkan serangan udara terhadap sasaran milisi Kurdi di Irak utara, tempat kepemimpinan PKK bermarkas. Kementerian Pertahanan mengatakan sejumlah besar militan tewas dalam serangan tersebut.
Di antara mereka yang ditahan pada Selasa adalah Aysenur Arslan (73) seorang pembawa acara berita TV yang mempertanyakan rincian laporan resmi serangan terhadap lembaga penyiaran oposisi Halk TV. Arslan ditahan di rumahnya setelah jaksa menuduhnya melakukan “propaganda teroris” dan “memuji aktivitas kriminal.”
Beberapa anggota Partai Rakyat Demokratik pro-Kurdi, yang mencalonkan diri di bawah bendera Partai Kiri Hijau dalam pemilihan umum, juga termasuk di antara mereka yang ditangkap.
Erdogan mengatakan pada Selasa (3/10) bahwa ia mengharapkan lebih banyak dukungan dari sekutunya untuk kampanye kontraterorisme Turki. “Kami ingin melihat langkah nyata dari teman-teman selain pesan kecaman,” kata Erdogan pada upacara pembukaan fasilitas Dewan Negara di Ankara.
“Mereka harus tahu bahwa pernyataan yang mengecam terorisme dan menghibur kita tidak akan menyembuhkan luka kita.”
PKK terdaftar sebagai kelompok teror oleh Turki dan sekutu Baratnya. Kelompok ini telah melancarkan pemberontakan sejak 1984 yang telah merenggut puluhan ribu nyawa di Turki. Serangkaian operasi militer Turki telah mendorong kelompok tersebut kembali ke Irak.
Dalam sesi ini anggota parlemen Turki akan diminta untuk meratifikasi keanggotaan Swedia di NATO. Ratifikasi telah tertunda karena kemarahan Turki atas penolakan Swedia melarang pawai yang dilakukan oleh PKK dan pendukungnya di Stockholm. (zarahamala/arrahmah.id)