IDLIB (Arrahmah.com) – Turki tidak akan membiarkan rezim Asad mendapatkan lebih banyak wilayah di kubu oposisi Suriah di provinsi Idlib, kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Erdogan mengatakan kepada wartawan bahwa pasukan pro-rezim yang didukung Rusia “mendorong orang-orang yang tidak bersalah dan berduka di Idlib menuju perbatasan kami”.
Lebih dari setengah juta warga sipil telah meninggalkan rumah mereka sejak rezim melancarkan serangan pada bulan Desember, lansir BBC (4/2/2020).
Peringatan Erdogan datang setelah delapan personil militer Turki terbunuh.
Kementerian pertahanan Turki mengatakan tujuh tentara dan satu warga sipil tewas di Idlib pada Senin (3/2) ketika mereka ditembaki oleh tentara rezim Asad meskipun telah diberitahu tentang posisi tentara Turki. Sebagai tanggapan, pasukan Turki “menetralisir” 76 tentara rezim Suriah, tambahnya.
Media rezim Asad mengatakan tidak ada korban. Tetapi Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), sebuah kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, melaporkan bahwa setidaknya 13 tentara tewas oleh tembakan Turki di Idlib dan provinsi tetangga, Latakia dan Hama.
Militer Turki telah mengerahkan pasukan ke Idlib untuk memantau perjanjian de-eskalasi 2017 yang ditengahi oleh Turki dan Rusia yang telah berulang kali dilanggar.
Diharapkan kesepakatan itu akan mencegah serangan rezim yang menurut PBB mengancam akan menciptakan bencana kemanusiaan terburuk di abad ke-21.
“Suriah saat ini sedang mencoba untuk membeli waktu dengan mengarahkan orang-orang tak berdosa dan berduka di Idlib menuju perbatasan kami,” kata Erdogan. “Kami tidak akan membiarkan kesempatan Suriah untuk mendapatkan tempat di sana.”
Presiden juga mengatakan Turki dan Rusia -yang mendukung pihak-pihak yang berselisih dalam perang saudara sembilan tahun di Suriah- harus berupaya menyelesaikan perbedaan mereka.
“Tidak perlu bagi kita untuk terlibat dalam konflik atau kontradiksi serius dengan Rusia pada tahap ini.”
“Kami tentu saja akan duduk dan membahas segalanya. Tapi tidak dengan amarah. Karena mereka yang duduk dengan amarah, bangun dengan kerugian,” tambahnya.
Pada hari Jumat, Erdogan mengancam akan menggunakan kekuatan militer jika situasi di Idlib “tidak kembali normal dengan cepat”.
Turki telah menampung 3,6 juta pengungsi Suriah dan mengatakan tidak akan mampu menangani gelombang baru pengungsi. (haninmazaya/arrahmah.com)