ANKARA (Arrahmah.com) – Turki akan meminta pejabat AS dalam pembicaraan pada Selasa (8/1/2019) untuk menyerahkan pangkalan militernya di Suriah ke Ankara atau menghancurkan mereka, lapor surat kabar Hurriyet.
Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton bertemu dengan timpalannya dari Turki Ibrahim Kalin pada Selasa (8/1), beberapa hari setelah Bolton menambahkan syarat pada penarikan AS, dengan mengatakan Turki harus setuju untuk melindungi “sekutu Kurdi” Amerika Serikat, Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap Ankara sebagai organisasi teror.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bulan lalu bahwa dia membawa pulang 2.000 tentara AS di Suriah, dengan mengatakan mereka telah berhasil menunaikan misi untuk mengalahkan Daesh. Langkahnya yang tiba-tiba itu memicu kekhawatiran para pejabat di Washington dan sekutu-sekutunya di luar negeri, serta mendorong Menteri Pertahanan Jim Mattis untuk mengundurkan diri.
AS telah memasok organisasi teror PYD dan sayap bersenjatanya, YPG, dengan lebih dari 5.000 truk bermuatan senjata yang diduga digunakan dalam perang melawan Daesh, meskipun Ankara telah memperingatkan.
“Serahkan atau hancurkan mereka!” kata sebuah judul dalam surat kabar Hurriyet, merujuk pada 22 pangkalan militer AS di Suriah. Mereka mengutip sumber-sumber yang tidak disebutkan yang mengatakan bahwa Turki tidak bisa menerima jika Washington menyerahkan pangkalan tersebut pada YPG.
Seorang pejabat senior keamanan Turki mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa Washington perlu mengizinkan Turki untuk menggunakan pangkalannya di Suriah.
Bersama Bolton, Ketua Umum Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Joseph Dunford, dan utusan khusus Amerika Serikat James Jeffrey, juga masuk dalam delegasi AS ke Ankara.
Erdogan memperingatkan pada Senin (7/1) penarikan AS harus direncanakan dengan hati-hati dan dengan mitra yang tepat, mengatakan hanya Turki yang memiliki “kekuatan dan komitmen untuk melakukan tugas itu”.
Dalam artikel yang dimuat untuk New York Times, Erdogan mengatakan Turki berkomitmen untuk mengalahkan Daesh dan kelompok-kelompok teroris lainnya di Suriah. (Althaf/arrahmah.com)