IDLIB (Arrahmah.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan mitranya dari Rusia Vladimir Putin telah mengumumkan gencatan senjata militer di Idlib, setelah pertemuan di Moskow yang berlangsung selama enam jam.
Idlib, kubu pejuang oposisi Suriah, telah menyaksikan peningkatan kekerasan dan pertumpahan darah sejak Desember lalu, awal dari serangan rezim Asad yang didukung Rusia untuk mendapatkan kembali kendali atas wilayah tersebut.
“Pada 00.01 malam ini [6/3], dari tengah malam, gencatan senjata akan diberlakukan,” kata Erdogan kepada wartawan, Kamis (5/3) di ibu kota Rusia, seperti dilansir Al Jazeera.
Erdogan menambahkan bahwa Turki, yang telah mengirim ribuan tentara ke Idlib untuk mengusir tentara rezim Asad, tidak akan “diam” jika pasukan rezim melanjutkan serangan dan memperingatkan bahwa Ankara akan membalas dengan kekuatan penuh.
Putin mengklaim Rusia tidak selalu setuju dengan Turki tetapi berharap kesepakatan itu akan berfungsi sebagai “dasar yang baik untuk mengakhiri pertempuran di zona de-eskalasi Idlib, mengakhiri penderitaan penduduk sipil”.
Bahkan ketika gencatan senjata mulai berlaku, kantor berita Turki Anadolu melaporkan pada Jumat (6/3) bahwa pasukan Turki menewaskan 21 tentara rezim Asad dan menghancurkan dua buah artileri dan dua peluncur rudal, sebagai pembalasan atas pembunuhan dua tentara Turki di Idlib sebelumnya pada Kamis (5/3).
Sejak Desember lalu, lebih dari 300 warga sipil, termasuk setidaknya 100 anak, telah tewas di Idlib.
Hampir satu juta orang telah menjadi pengungsi di wilayah perbatasan dengan Turki, sebagian besar dari mereka terpaksa berkemah di tempat terbuka -krisis kemanusiaan terburuk dalam perang sembilan tahun di Suriah, menurut PBB.
Erdogan pada Kamis mengatakan kedua pemimpin sepakat untuk membantu para pengungsi ini kembali ke rumah mereka.
Turki dan Rusia pada Kamis juga sepakat untuk membangun koridor aman di sepanjang jalan raya utama di Idlib Suriah dan mengadakan patroli bersama di sana pada 15 Maret.
Dalam pernyataan bersama yang dibacakan oleh menteri luar negeri Turki dan Rusia, kedua belah pihak mengatakan koridor aman akan membentang 6 km (3,7 mil) ke utara dan 6 km ke selatan di jalan raya M4.
Mereka mengatakan menteri pertahanan mereka akan menyetujui parameter koridor dalam waktu seminggu. (haninmazaya/arrahmah.com)