ANKARA (Arrahmah.com) – Turki memprotes upaya para anggota parlemen AS untuk memblokir pengiriman jet tempur F-35 ke Ankara karena komitmen Turki untuk juga membeli sistem pertahanan rudal Rusia daripada sistem buatan AS, Voice of America pada Rabu (18/7/2018).
Duta besar Turki untuk Washington, Serdar Kilic, mengatakan kepada VOA bahwa jika Kongres akhirnya menyetujui undang-undang yang sekarang sedang dipertimbangkan untuk memblokir penjualan lebih dari 100 pesawat tempur ke Turki, hal itu bisa lebih merusak hubungan yang saling bertentangan antara kedua sekutu NATO.
“Sampai hari ini, kami telah berkontribusi lebih dari $ 800 juta untuk proyek F-35 melalui proses produksi,” kata Kilic.
“Dua pesawat ini dikirim ke pemerintah Turki. Saya berharap Kongres tidak akan mengambil keputusan sperti itu untuk mengurangi penjualan lebih lanjut,” lanjutnya.
Dia mengatakan jika penjualan pesawat jet Joint Strike Fighter diblokir, “AS dapat kehilangan reputasinya sebagai pemasok yang dapat diandalkan di industri pertahanan Amerika.”
AS adalah eksportir senjata terbesar di dunia.
Di pusat perselisihan itu adalah perjanjian Ankara Desember lalu untuk membeli rudal S-400 dari Rusia, untuk meningkatkan pertahanannya terhadap pejuang Kurdi dan militan Islam.
Namun para pejabat AS mengatakan pengerahan sistem pertahanan rudal Rusia oleh Turki dan pada saat yang sama jet tempur F-35 terbang di atas Eropa, dapat memberikan akses Moskow ke teknologi sensitif dan rahasia yang digunakan dalam pesawat tersebut.
“Kami prihatin bahwa dengan membeli sistem ini dari Rusia, akan mendukung beberapa perilaku yang paling baik yang telah kita lihat dari mereka,” Tina Kaidanow, asisten sekretaris Biro Militer Politik Departemen Luar Negeri AS, mengatakan pekan ini.
Jenderal Angkatan Udara AS Tod Wolters, komandan udara sekutu NATO, mengatakan pada sebuah pertunjukan udara Inggris, “Apa pun yang dapat dilakukan S-400 yang memberikannya kemampuan untuk lebih memahami kemampuan F-35 jelas tidak menguntungkan NATO.”
AS memaksa penjualan sistem pertahanan rudal Patriot buatan Amerika, yang telah diabaikan dua kali oleh Turki, pertama-tama memilih sistem Cina dan kemudian sistem S-400 Rusia.
Kaidanow berkata, “Kami mencoba memberi orang-orang Turki pemahaman tentang apa yang bisa kami lakukan sehubungan dengan Patriot.”
Dalam wawancara dengan VOA, Kilic menambahkan, “Saya tidak melihat pembelian S-400 oleh Turki sebagai ancaman terhadap Amerika. Pemerintah Turki tidak akan mengatakan, ‘Mari lakukan sesuatu yang juga bisa mengancam Amerika.'” (Althaf/arrahmah.com)