WASHINGTON (Arrahmah.com) – Turki, sebagai negara pemimpin kelompok G20, mempromosikan sistem keuangan Islam. Sistem tersebut menawarkan instrumen keuangan tambahan dengan tingkat ketidakpastian dan risiko bersama yang minim. Demikian pernyataan wakil perdana menteri, Ali Babacan pada Kamis (16/4), sebagaimana dilansir World Bulletin.
Ali Babacan mengemukakan gagasan tersebut dalam diskusi panel di pertemuan musim semi tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington.
“Sebagai pemimpin G20, kami menyoroti manfaat dari keuangan Islam, dalam pengumuman resmi kementerian pertama yang kami terbitkan pada bulan Februari dalam pertemuan kami di Istanbul,” kata Babacan mengacu pada cara perusahaan dan lembaga perbankan di dunia Islam mengumpulkan modal sesuai dengan Syariah.
Selain itu, sebagai pemimpin G20, sejak akhir Desember lalu, blok ini menerapkan instrumen keuangan berbasis aset (sukuk), atau biasa disetarakan dengan obligasi Syariah.
Karena pendapatan yang tetap, obligasi konvensional dengan bunga haram menurut Islam. Sementara sukuk memiliki sistem pengaman yang terstruktur dan bebas riba.
Dengan kenyataan di atas, Babacan menekankan amannya sistem keuangan Islam, sekaligus mengutip krisis keuangan Turki pada 2000 dan 2009.
“Itu membuktikan sekali lagi bahwa risiko akan lebih baik jika dikelola di bawah skema keuangan Islam. Juga untuk tujuan regulasi, tujuan makro kredensial, itu [sistem keuangan Islam] dianggap sebagai semacam sarana pembiayaan yang kurang berisiko,” tambahnya.
Terlebih, saat ini populasi Muslim di dunia semakin bertambah. “Sudah saatnya sudut pandang perbankang dibuat inklusif, sehingga dapat mengakomodir kebutuhan Ummat Islam yang kini sudah sadar akan bahaya riba,” simpul Babacan.
(adibahasan/arrahmah.com)