ANKARA (Arrahmah.com) – Turki pada Sabtu (31/3/2018) memperingatkan Perancis terkait peningkatan kehadiran militernya di Suriah, mengatakan bahwa itu akan menjadi “invasi”, saat ketegangan antara Paris dan Ankara tetap tinggi.
Keadaan memanas setelah Presiden Perancis Emmanuel Macron pada Kamis (28/3) menemui delegasi Pasukan Demokrat Suriah (SDF) yang terdiri dari pejuang Kurdi dan Arab, lansir AFP.
Para pejabat Turki mengatakan bahwa Perancis berencana mengirim pasukan tambahan ke Manbij-sebuah kota di Suriah utara yang dikendalikan oleh milisi Kurdi YPG-yang dibantah oleh Paris.
“Jika Perancis mengambil langkah apapun terkait kehadiran militernya di Suriah utara, ini akan menjadi langkah tidak sah yang akan melanggar huku internasional, dan pada kenyataannya, itu akan menjadi sebuah invasi,” ujar Menteri Pertahanan Turki Nurettn Canikli.
“Terutama jika mereka bermaksud untuk mendukung elemen-elemen kelompok teror atau memberikan perlindungan langsung atau tidak langsung dengan angkatan bersenjata, ini akan menjadi langkah yang sangat menyedihkan,” tambahnya selama kunjungan ke provinsi Giresun di timur laut Turki.
Turki sendiri mengirim pasukan ke Suriah dan melancarkan operasi militer dengan dalih memerangi pasukan Kurdi YPG di wilayah Afrin sejak 20 Januari dan menguasai pusat kota Afrin pada 18 Maret.
Turki juga berulang kali mengancam bahwa mereka akan memperluas serangan hingga ke Manbij yang terletak di sebelah timur Afrin.
Ankara memandang YPG sebagai perpanjangan tangan PKK yang telah melancarkan pemberontakan selama tiga dekade di Turki. PKK masuk daftar hitam organisasi teroris oleh Turki dan sekutu Baratnya. Tetapi Amerika Serikat dan Perancis telah bekerja erat dengan YPG, yang menimbulkan kemarahan Turki. (haninmazaya/arrahmah.com)