ANKARA (Arrahmah.id) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengisyaratkan bahwa Ankara dapat menerima Finlandia menjadi anggota NATO, namun belum mengambil tindakan apapun terhadap keanggotaan negara tetangganya, Swedia.
Erdogan berbicara hanya beberapa hari setelah Ankara menangguhkan pembicaraan aksesi NATO dengan kedua negara tersebut setelah protes di Stockholm di mana seorang politisi sayap kanan membakar sebuah mushaf Al-Quran.
“Kami mungkin akan menyampaikan pesan yang berbeda kepada Finlandia [pada aplikasi NATO mereka] dan Swedia akan terkejut ketika mereka melihat pesan kami. Namun Finlandia tidak boleh melakukan kesalahan yang sama seperti yang dilakukan Swedia,” ujar Erdogan dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi pada Ahad (29/1/2023), seperti dilansir Al Jazeera.
Swedia dan Finlandia mendaftar tahun lalu untuk bergabung dengan NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina, membatalkan ketidaksejajaran militer yang telah berlangsung lama.
Setiap anggota aliansi yang beranggotakan 30 negara ini harus menyetujui keanggotaan mereka, dan Turki dan Hungaria adalah satu-satunya negara yang belum melakukannya. Parlemen Hungaria diperkirakan akan menyetujui tawaran tersebut pada Februari.
Keluhan utama Erdogan adalah penolakan Swedia untuk mengekstradisi puluhan orang yang dikaitkan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang terlarang dan upaya kudeta yang gagal pada 2016.
Pada Ahad (29/1), Erdogan mengulangi permintaannya agar Swedia menyerahkan sekitar 120 tersangka.
“Jika Anda benar-benar ingin bergabung dengan NATO, Anda akan mengembalikan para teroris ini kepada kami,” kata Erdogan.
“Anda akan mengirim para teroris ini kepada kami sehingga Anda dapat bergabung dengan NATO.”
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan bahwa negaranya ingin memulai kembali dialog NATO dengan Turki.
Pada Sabtu, kementerian luar negeri Turki mengeluarkan peringatan perjalanan untuk negara-negara Eropa atas demonstrasi anti-Turki dan apa yang disebutnya sebagai Islamofobia.
Peringatan tersebut mengutip peningkatan protes anti-Turki oleh “kelompok-kelompok yang memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok teror,” sebuah referensi kepada PKK, yang mengangkat senjata melawan negara Turki sejak 1984.
Kelompok-kelompok pro-Kurdi telah mengibarkan bendera PKK dan afiliasinya selama protes di Swedia yang diorganisir sebagai tanggapan atas janji Swedia dan Finlandia untuk mencegah kegiatan PKK di negara mereka dalam rangka mendapatkan persetujuan Turki untuk bergabung dengan NATO.
Sebagai bagian dari memorandum tersebut, Erdogan mengatakan bahwa Turki telah memberikan daftar 120 orang yang ingin diekstradisi dari Swedia. (haninmazaya/arrahmah.id)