ANKARA (Arrahmah.id) – Turki telah memulai pekerjaan awal untuk membangun kembali rumah-rumah setelah gempa bumi dahsyat bulan ini, seorang pejabat pemerintah mengatakan pada Jumat (24/2/2023), sementara Program Pembangunan PBB (UNDP) memperkirakan 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Lebih dari 160.000 bangunan yang terdiri dari 520.000 apartemen runtuh atau rusak parah dalam gempa bumi 6 Februari yang menewaskan lebih dari 43.500 orang di Turki dan hampir 6.000 orang di negara tetangganya, Suriah.
Menghadapi pemilihan umum dalam beberapa bulan ke depan, Presiden Tayyip Erdogan telah berjanji untuk membangun kembali rumah-rumah dalam waktu satu tahun, meskipun para ahli mengatakan bahwa pihak berwenang harus mendahulukan keselamatan daripada kecepatan. Beberapa bangunan yang dimaksudkan untuk menahan gempa bumi runtuh dalam gempa bumi terakhir, lansir Reuters.
“Untuk beberapa proyek, tender dan kontrak telah dilakukan. Prosesnya berjalan sangat cepat,” kata pejabat tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama, seraya menambahkan bahwa tidak akan ada kompromi dalam hal keselamatan.
Pihak berwenang mengatakan bahwa tenda-tenda telah dikirim untuk mereka yang kehilangan tempat tinggal, namun masyarakat melaporkan kesulitan untuk mengaksesnya.
“Saya memiliki delapan anak. Kami tinggal di tenda. Ada air di atas (tenda) dan tanahnya lembab. Kami meminta lebih banyak tenda dan mereka tidak memberikannya kepada kami,” kata Melek (67), yang sedang mengantre untuk mengambil bantuan di luar sebuah sekolah menengah di kota Hassa.
Sekolah tersebut digunakan sebagai pusat distribusi bantuan oleh sekelompok relawan yang disebut Interrail Turki. Salah seorang relawan, Sumeyye Karabocek, mengatakan bahwa kekurangan tenda masih menjadi masalah terbesar.
Setengah Juta Orang Membutuhkan Rumah Baru
Pemerintah Erdogan telah mengalami gelombang kritik atas responnya terhadap kehancuran dan apa yang dikatakan banyak orang Turki sebagai tidak ditegakkannya kontrol kualitas konstruksi selama bertahun-tahun.
Rencana awal pemerintah Turki saat ini adalah membangun 200.000 apartemen dan 70.000 rumah desa dengan biaya sedikitnya $15 miliar, katanya. Bank AS JPMorgan memperkirakan pembangunan kembali rumah-rumah dan infrastruktur akan menelan biaya $25 miliar.
UNDP mengatakan mereka memperkirakan bahwa kehancuran telah menyebabkan 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal, dan 500.000 rumah baru dibutuhkan.
Mereka mengatakan bahwa mereka telah meminta $113,5 juta dari $1 miliar dana yang dimohonkan oleh PBB pekan lalu, dan menambahkan bahwa mereka akan memfokuskan dana tersebut untuk membersihkan tumpukan reruntuhan.
UNDP memperkirakan bahwa bencana ini telah menghasilkan antara 116 juta hingga 210 juta ton reruntuhan, dibandingkan dengan 13 juta ton reruntuhan setelah gempa bumi di barat laut Turki pada tahun 1999.
Turki juga mengeluarkan peraturan baru di mana perusahaan dan badan amal dapat membangun rumah dan tempat kerja untuk disumbangkan kepada kementerian urbanisasi bagi orang-orang yang membutuhkan.
Banyak orang yang selamat telah meninggalkan wilayah Turki selatan yang dilanda gempa atau telah menetap di tenda-tenda, rumah-rumah kontainer dan akomodasi lain yang disponsori pemerintah.
Di Antakya, Saeed Sleiman Ertoglu (56), mengangkut barang-barang yang tersisa dari tokonya yang tidak rusak.
“Barang pecah belahnya sangat indah, lebih banyak dari biasanya, tapi kemudian kami mengalami (gempa) ini, dan semuanya hancur,” katanya, setelah rumah dan tokonya selamat dari gempa pertama tapi tidak pada gempa berikutnya. Ia memperkirakan hanya 5% dari barang dagangannya yang selamat.
“Apa yang bisa kami lakukan?” katanya. “Ini adalah tindakan Tuhan, dan kehendak Tuhan selalu berbuah manis”. (haninmazaya/arrahmah.id)