ANKARA (Arrahmah.com) – Kementerian Pertahanan Turki mengumumkan pada hari Jumat (11/9/2020) bahwa pasukannya telah meluncurkan latihan pencarian dan penyelamatan di lepas pantai Libya.
“Dalam lingkup kegiatan Kelompok Tugas Angkatan Laut Turki, latihan pencarian dan penyelamatan di laut dilakukan oleh Frigate TCG GEMLİK yang beroperasi di lepas pantai Libya dan helikopter yang ditempatkan di kapal,” kata kementerian itu dalam sebuah tweet.
Turki sedang dalam pembicaraan dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA), yang dipimpin oleh Fayez al-Sarraj, mengenai eksplorasi minyak dan gas di Libya, saat pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan mencari peluang bisnis di negara Afrika Utara yang dilanda konflik tersebut.
Dalam berita lain, Presiden Perancis Emmanuel Macron meminta Ankara untuk menghentikan ekspor senjatanya ke Libya, menunjukkan bahwa Turki sedang mencari hegemoni di Mediterania.
Macron, yang negaranya pada hari Kamis (10/9) menjadi tuan rumah MED 7, KTT Negara-negara UE Selatan, mengatakan bahwa satu takdir menyatukan negara-negara yang berbatasan dengan Mediterania, menyerukan Eropa untuk mengangkat suara yang lebih tajam dan lebih jelas terhadap Turki.
Mengakhiri KTT, Macron mencatat bahwa Mediterania telah menjadi teater konflik yang sedang berlangsung di Libya dan Suriah, memperingatkan bahwa permainan historis untuk hegemoni sedang dilakukan oleh negara-negara yang berusaha untuk mengguncang kawasan tersebut.
Presiden Perancis juga menunjukkan bahwa peran Rusia dan Turki di kawasan itu memprihatinkan.
Tuntutan Macron kepada Turki untuk menghentikan pengiriman senjata ke Libya datang pada saat laporan tim ahli PBB mengungkapkan bahwa Ankara telah melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang senjata di Libya.
Pada 2019, Turki telah melakukan transfer senjata ekstensif ke Libya, memindahkan setidaknya 10 sistem senjata berbeda ke negara itu. Turki juga bertanggung jawab untuk mengerahkan tentara dan ribuan tentara bayaran asing di sana. (Althaf/arrahmah.com)