ANKARA (Arrahmah.id) – Sebanyak 103 teroris dimusnahkan sepanjang November di Turki dan 17 skenario terorisme digagalkan, menurut Wakil Menteri Dalam Negeri Ismail Çataklı.
Pasukan keamanan Turki melakukan 11.868 operasi, 11 di antaranya berskala besar dan 50 di antaranya skala menengah, di pedesaan melawan organisasi teroris PKK, kata Çataklı pada Senin (5/12/2022) mengutip data resmi.
Turki juga memimpin 1.205 operasi melawan formasi sel dan kaki tangan semua organisasi teroris di seluruh provinsinya pada November, Çataklı mengatakan kepada wartawan pada pengarahan bulanan di Ankara.
Dari 103 teroris yang dimusnahkan, tiga tewas, 91 ditangkap hidup-hidup dan 9 menyerahkan diri, catat Çataklı.
Tujuh puluh delapan teroris adalah anggota PKK, 24 ISIS dan satu anggota kelompok teroris sayap kiri. Dua dari mereka juga masuk dalam daftar abu-abu teroris yang dicari Turki, tambah Çataklı.
Pejabat itu mengatakan 10 teroris anggota unit gunung PKK dilumpuhkan dalam operasi di pedesaan, dengan tiga teroris tewas, dua ditangkap hidup-hidup dan lima menyerahkan diri.
Selain itu, Çataklı mengungkapkan bahwa otoritas Turki menahan 2.110 orang bulan lalu yang diduga membantu, bersekongkol, dan memiliki hubungan dengan organisasi teroris. Dari mereka yang ditahan, 840 anggota PKK, 991 anggota Kelompok Teror Gülenist (FETO), 259 anggota ISIS dan 20 anggota kelompok teroris sayap kiri.
Setelah penahanan, 376 penangkapan dilakukan, tambah Çataklı.
Mengomentari pengumuman Menteri Dalam Negeri Süleyman Soylu bahwa jumlah teroris di pegunungan turun menjadi di bawah 120, Çataklı berkata: “Jumlah teroris tentu saja tidak hanya terdiri dari teroris di pegunungan. Ada kolaborator di kota kita, para pembantu dan pendukung, cabang mereka di luar negeri. Jumlah yang diberikan oleh Soylu, 120 itu menunjukkan jumlah teroris bersenjata dalam kru gunung kelompok tersebut. Ada organisasi teroris lain di Turki selain PKK.”
Mencantumkan pencapaian dalam operasi kontraterorisme, dia mengatakan 136 sarang dan gua teroris dihancurkan, sementara 148 senjata, 44 ranjau dan bahan peledak buatan tangan, 122 granat, 375 kilogram (826 pon) bahan peledak dan 32.996 unit berbagai amunisi disita.
Pada bulan yang sama, Turki menggagalkan 17 skenario terorisme, Çataklı menambahkan, mencatat bahwa Operations Eren Blockade Fall-Winter yang dimulai pada 1 Oktober terus berkembang di 15 wilayah berbeda di bagian tenggara Turki.
Pejabat itu juga meyakinkan bahwa pihak berwenang terus mencari semua orang yang terkait dengan serangan teroris di distrik Beyoğlu Istanbul pada 13 November, yang menewaskan enam orang dan melukai 81 lainnya.
Setelah serangan itu, “mesin disinformasi” muncul, kata Çataklı, dengan alasan bahwa upaya membela pelaku dan melindungi sarang teroris berarti “merusak perang Turki melawan teror dan intelijen pemerintahnya.”
“Gambaran penyerangan terhadap warga sipil di kawasan Taksim Square ini cukup jelas. Kelompok teroris PKK/YPG, yang diberi makan oleh kekuatan global dan dipertahankan oleh kelompok tertentu di dalam negeri, telah menambah pembantaian baru terhadap warga sipil yang telah dilakukannya ratusan kali sebelumnya. Pemerintah Turki terus mencari pelakunya,” ujarnya. Turki telah memerangi terorisme baik di dalam maupun di luar perbatasannya selama beberapa dekade, sekarang melawan musuh seperti PKK dan afiliasinya juga ISIS dan FETO.
PKK ditetapkan sebagai organisasi teroris di AS, Uni Eropa, dan Turki, dan mereka telah melakukan kampanye teroris berdarah melawan negara tersebut selama empat dekade, menyerang personel keamanan dan warga sipil. Mereka juga bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40.000 orang sejak 1984, dengan puncak pembantaian terutama pada 1990-an.
Sementara itu, sejak terkenal secara global pada 2014, ISIS melakukan banyak serangan di Turki, yang merupakan salah satu negara pertama yang mengakuinya sebagai kelompok teroris setahun sebelumnya. Mereka telah merenggut lebih dari 300 nyawa dan melukai ratusan lainnya dalam setidaknya 10 bom bunuh diri, tujuh serangan bom dan empat serangan bersenjata.
Sedangkan FETÖ adalah organisasi ilegal yang bertujuan untuk membangun tatanan politik, ekonomi, dan sosial baru dengan mengatasnamakan Islam. Kelompok itu, yang mulai menyusup ke penegakan hukum, peradilan, dan birokrasi Turki lebih dari empat dekade lalu, mengatur kudeta yang gagal pada 2016, menyebabkan 251 orang tewas dan 2.734 terluka. (zarahamala/arrahmah.id)