ANKARA (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Turki Binali Yildirim telah mengecam keputusan Austria untuk menutup beberapa masjid dan mendeportasi puluhan imam yang didanai asing sebagai ancaman terhadap dialog antaragama dan menyerukan revisi atas keputusan tersebut.
Yildrim membuat pernyataan pada konferensi pers Selasa, mengatakan, “Adalah kesalahan besar dan sangat disayangkan bahwa Wina membuat keputusan sesaat sebelum mengambil alih kepresidenan Uni Eropa.”
Seorang juru bicara pemerintah Austria menolak berkomentar.
Pekan lalu, Kanselir Austria Sebastian Kurz mengumumkan rencana untuk menutup tujuh masjid dan mengusir hingga 60 imam, termasuk 40 anggota Persatuan Asosiasi Budaya Turki-Islam di Eropa (ATIB).
Kurz juga mengatakan pemerintahnya telah menutup sebuah masjid nasionalis Turki di ibukota Wina dan membubarkan kelompok yang disebut Komunitas Agama Arab yang menjalankan enam masjid lainnya.
Kurz, yang menjadi kanselir pada Desember dalam koalisi dengan Partai Kebebasan yang anti-migrasi, mengatakan keputusan itu dibuat setelah penyelidikan gambar pementasan Perang Dunia I Gallipoli di masjid yang didukung Turki.
Organisasi Asosiasi Kebudayaan Islam Turki (ATIB) mengecam foto-foto pada saat itu. Bahkan mereka menyebutnya sebagai acara yang “sangat disesalkan”.
Pemerintah Turki mengecam keputusan Austria untuk menutup masjid dan mengusir imam sebagai “refleksi dari gelombang Islamofobia, rasis dan diskriminatif di negara ini.”
Austria, bagaimanapun, menutup masjid berdasarkan pada “undang-undang tentang Islam” 2015 yang keras yang antara lain melarang pendanaan asing dari kelompok agama.
Pemerintahan koalisi sayap kanan Austria telah dituduh mengipasi sentimen anti-Islam di negara Eropa. Austria adalah rumah bagi sekitar 600.000 Muslim yang sebagian besar adalah Turki atau memiliki keluarga asal Turki.
Kanselir Austria juga menegaskan bahwa Uni Eropa harus menghentikan perundingan tentang Ankara untuk bergabung dengan blok tersebut.
Menanggapi sikap Kurz, Turki memveto kerja sama NATO dengan Austria pada Mei 2017. (Althaf/arrahmah.com)